10 April 2021

Tips Mengganti Kebiasaan Improvisasi dengan Minor Pentatonic Scale pada Gitaris

 


Dalam bermusik kemampuan improvisasi menjadi sangat penting, terutama bagi seorang gitaris. Penggunaan improvisasi bisa muncul ketika seorang gitaris diminta mengisi interlude sebuah lagu yang mungkin belum dipelajari sebelumnya, atau untuk memberikan sentuhan musikal yang lebih indah ketika harus bermain dengan dua gitaris, bahkan tidak jarang beberapa gitaris menggunakan kemampuan improvisasinya untuk menutup kesalahan akibat lupa melodi asli dari sebuah lagu.


Kemampuan improvisasi juga menjadi tolok ukur kepiawaian penyaji musik dalam dunia permusikan sehingga tak jarang gitaris awam sekalipun ingin buru-buru menguasai kemampuan ini dengan berbagai motif dibelakangnya. Tangga nada minor pentatonis (minor pentatonic scale) bentuk pertama biasanya menjadi "makanan pembuka" para gitaris dalam mempelajari teknik improvisasi pada gitar. Improvisasi dengan tangga nada ini menyebar dari mulut ke mulut, bahkan "disajikan" oleh beberapa guru les di lembaga pembelajaran musik.


Bagi saya pribadi penggunaan tangga nada minor pentatonis sebagai pembelajaran improvisasi tidaklah salah, namun jika ini akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan selalu digunakan oleh para gitaris amatir, saya rasa fenomena ini cukup layak dikatakan sebagai "Minor Pentatonic Scale Syndrome". Pada beberapa kasus kebiasaan tersebut mereduksi kemampuan improvisasi seorang gitaris karena mereka merasa aman jika melakukan improvisasi di dalam "sangkar" tangga nada minor pentatonis.


Pada artikel ini saya tidak akan membahas salah atau tidaknya penggunaan minor pentatonis dalam improvisasi karena sangat bersifat personal, namun saya akan memberikan tips untuk mengganti kebiasaan penggunaan tangga nada minor pentatonis dalam improvisasi pada gitaris.


Gunakan Arpeggio

Arpeggio dalam KBBI diartikan sebagai uraian nada-nada dari akor yang berurutan naik dan turun. Contoh dalam akor C yang terdiri dari nada C, E, dan G, maka jika kalian memainkan nada tersebut secara berurutan maka dapat disebut sebagai arpeggio, dan jika dimainkan bersamaan disebut akor. Pada lagu dengan nada dasar C Mayor, gitaris yang mengalami Minor Pentatonic Scale Syndrome  biasanya akan berimprovisasi pada tangga nada A minor pentatonis. Kalian dapat menggantinya dengan memainkan arpeggio pada akor-akor di rumpun C Mayor, antara lain C Mayor, D minor, E minor, F Mayor, G Mayor, A minor, B Diminished. Selain itu, cobalah untuk memperluas arpeggio dalam akor-akor yang lebih kompleks unsur nadanya seperti seventh chord, ninth chord, dan lainnya, baca artikel Akor dasar dan Kompleks.


Pengolahan Figur/Motif Secara Imitatif

Pada artikel Perbedaan Figure dan Motive dalam Musik | Teori Bentuk Musik saya telah membahas pengertian motif dan figur dalam musik. Pengolahan imitatif dalam buku Leon Stein diartikan sebagai bentuk repetisi pada instrumen lain (dalam format musik ansambel) atau repetisi dalam instrumen yang sama namun berbeda oktaf. Perhatikan tab di bawah sebagai contoh pengolahan figur/motif secara imitatif.

Ganti Kebiasaan Improvisasi dengan Minor Pentatonic Scale pada Gitaris dengan Cara Berikut

Berdasarkan pengaplikasiannya dalam nada dasar, motif di atas merupakan motif "multi-aplikatif" karena dapat diterapkan pada lagu dengan nada dasar G Mayor yang mana solmisasinya adalah do-re-mi-sol, bisa juga diaplikasikan pada lagu bernada dasar C Mayor sehingga solmisasinya menjadi sol-la-si-re, bahkan diimplementasikan pada lagu bernada dasar D Mayor sehingga solmisasinya fa-sol-la-do yang kemudian diolah secara imitatif hingga dua oktaf ke atas. Nada-nada untuk membentuk motif dapat diperoleh dari arpeggio sebuah akor atau kumpulan nada acak yang telah ditentukan dalam tangga nada tertentu.

Sentuhan Modes Lain

Pembahasan modes secara teori pernah saya bahas di artikel Mengenal “Seven of Modes”. Bagi sebagian gitaris amatir, modes terkadang menjadi momok yang cukup menakutkan. Jelas jika pandangan seorang gitaris masih menggunakan perspektif tonalitas (berdasarkan tonika) pastinya akan lebih sulit, saran saya untuk memahami konsep modes, coba konversikan konsep tonalitas menjadi perspektif modalitas.

Saya tidak akan mengajarkan bagaimana penggunaan Modes di artikel ini, saya hanya akan memberikan contoh sebuah pola melodi yang sengaja disematkan sebuah nada pada modes lain. Perhatikan progresi akor dan alur melodi pada tab di bawah.


Gambar di atas menjelaskan progresi akor E Mayor (Sub Dominant - Dominant - Tonica), alur melodinya sengaja saya tuliskan lengkap dengan solmisasinya (dalam perspektif tonalitas). Pada birama 1 dan 2 alur melodi masih dalam tangga nada E Mayor dalam perspektif tonalitas atau E Ionian dalam perspektif modalitas, namun pada birama ke-3 terdapat subtitusi nada Fa menjadi Fi (4#) yang menjadi ciri khas E Lydian. Alasan saya menyisipkan nada 4# E Lydian dalam E Ionian karena keduanya sama-sama memberikan nuansa mayor. Konsep yang sama dapat kalian coba dalam menggabungkan Aeolian dan Dorian.


Bagi kalian yang memerlukan les gitar secara komperhensif silahkan kunjungi halaman Fisella Music Course. Fisella menawarkan kursus online Kelas Gitar Elektrik, Kelas Gitar Klasik, dan Kelas Gitar Pop yang diajar oleh mentor profesional.

Picture by @joeyguns Unsplash