Filsafat pendidikan sering dianggap rumit karena penuh istilah dan konsep abstrak. Namun, justru dengan memahami filsafat pendidikan, kita bisa mengetahui dasar pemikiran yang melandasi dunia pendidikan: mengapa kita mendidik, bagaimana cara mendidik, dan apa tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri.
Artikel ini akan membahas filsafat pendidikan secara sistematis: mulai dari pengertian filsafat dan pendidikan, cabang filsafat, konsep filsafat menurut Prof. Dr. RR. Siti Murtiningsih, hingga aliran-aliran filsafat pendidikan yang memengaruhi praktik belajar mengajar.
1. Memahami Apa Itu Filsafat dan Pendidikan
1.1 Apa Itu Filsafat?
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Secara sederhana, filsafat berarti “cinta kebijaksanaan”. Dalam arti luas, filsafat adalah upaya manusia untuk berpikir mendalam, kritis, dan rasional tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Filsafat tidak hanya bertanya apa, tetapi juga mengapa dan bagaimana. Contoh pertanyaan filsafat:
-
Apa hakikat manusia?
-
Mengapa kita harus belajar?
-
Bagaimana menentukan perbuatan baik dan buruk?
Dengan demikian, filsafat bukan sekadar teori akademik, tetapi juga kerangka berpikir yang membantu manusia memahami hidupnya.
1.2 Apa Itu Pendidikan?
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan potensi manusia. Secara sederhana, pendidikan adalah proses sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik intelektual, moral, emosional, maupun keterampilan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah “upaya memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya.”
Artinya, pendidikan tidak hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan kepribadian dan karakter manusia.
2. Cabang Ilmu Filsafat
Untuk memahami filsafat pendidikan, penting mengenal cabang-cabang filsafat. Menurut Prof. Dr. RR. Siti Murtiningsih, ada tiga cabang utama yang relevan:
2.1 Metafisika
Metafisika membahas hakikat realitas dan keberadaan. Bidangnya antara lain:
-
Kosmologi: alam semesta
-
Antropologi Filsafat: hakikat manusia
-
Teologi Filsafat: tentang Tuhan
-
Ontologi: keberadaan paling dasar
Dalam pendidikan, metafisika menanyakan: “Apa hakikat manusia sehingga perlu dididik?”
2.2 Epistemologi
Epistemologi adalah teori pengetahuan. Ia membahas bagaimana manusia memperoleh pengetahuan, apa sumbernya, dan apa yang membedakan pengetahuan benar dari sekadar opini.
Dalam pendidikan, epistemologi membantu menjawab: “Bagaimana cara terbaik memperoleh pengetahuan?”
2.3 Aksiologi
Aksiologi membahas nilai, yang terbagi menjadi:
-
Etika: nilai baik-buruk, benar-salah
-
Estetika: nilai keindahan
Dalam pendidikan, aksiologi berkaitan dengan tujuan: “Untuk apa manusia dididik? Nilai apa yang hendak dicapai?”
3. Konsep Filsafat dalam Pendidikan
Menurut Prof. Dr. RR. Siti Murtiningsih, ada empat konsep filsafat utama yang menjadi dasar aliran-aliran filsafat pendidikan:
-
Idealisme: menekankan ide, akal, dan roh lebih tinggi daripada materi. Pendidikan menekankan pembentukan jiwa dan moral.
-
Realisme: realitas objektif ada di luar pikiran manusia. Pendidikan mengenalkan peserta didik pada dunia nyata.
-
Pragmatisme: kebenaran dinilai dari manfaat praktis. Pendidikan menyiapkan siswa menghadapi masalah nyata sesuai kebutuhan zaman.
-
Eksistensialisme: menekankan kebebasan dan tanggung jawab individu. Pendidikan memberi ruang bagi peserta didik menemukan jati dirinya.
4. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
Ada tujuh aliran filsafat pendidikan yang berkembang, masing-masing dipengaruhi oleh cabang filsafat (ontologi, epistemologi, aksiologi) dan konsep filsafat tertentu:
-
Esensialisme: fokus pada pengetahuan pokok yang esensial, disiplin, dan tanggung jawab. (Realisme)
-
Perenialisme: menekankan nilai-nilai abadi dan teks klasik. (Idealisme)
-
Progresivisme: pendidikan harus adaptif terhadap perubahan, berbasis pengalaman. (Pragmatisme + Realisme)
-
Rekonstruksionisme: pendidikan sebagai sarana memperbaiki masyarakat dan keadilan sosial. (Pragmatisme kritis)
-
Nativisme: potensi manusia ditentukan sejak lahir, pendidikan hanya memfasilitasi. (Eksistensialisme deterministik)
-
Empirisme: manusia lahir sebagai tabula rasa, semua pengetahuan dari pengalaman. (Realisme empiris)
-
Konvergensi: kombinasi nativisme dan empirisme; potensi bawaan + pengaruh lingkungan.
5. Mengapa Penting Memahami Filsafat Pendidikan?
Dengan memahami filsafat pendidikan, kita bisa:
-
Mengetahui tujuan mendidik yang lebih mendalam daripada sekadar kurikulum.
-
Menentukan metode belajar sesuai pandangan filsafat tertentu.
-
Menghindari praktik pendidikan yang sekadar ikut tren tanpa dasar.
-
Memberi makna personal bagi guru, murid, maupun orang tua dalam proses pendidikan.
6. Memilih Landasan Filsafat untuk Fisella®
Sebagai startup edukasi musik, Fisella® tentu membutuhkan pijakan filosofis agar seluruh program, metode belajar, hingga pengembangan kurikulum memiliki arah yang jelas. Pemilihan landasan filsafat ini penting supaya tidak sekadar ikut tren, tetapi benar-benar memberi nilai tambah bagi murid.
Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih filsafat pendidikan untuk Fisella®:
-
Pragmatisme
-
Fisella® bergerak di dunia musik modern yang selalu berubah cepat mengikuti tren industri kreatif.
-
Dengan pragmatisme, pendidikan di Fisella® berfokus pada pengalaman nyata, proyek langsung, dan manfaat praktis yang bisa diaplikasikan murid setelah belajar.
-
Hal ini tercermin dari program real project dan paid project yang diberikan kepada murid level lanjut.
-
-
Progresivisme
-
Musik adalah seni yang dinamis dan penuh inovasi.
-
Progresivisme menekankan pembelajaran berbasis pengalaman, eksperimen, serta pemecahan masalah.
-
Cocok dengan metode Fisella® yang mendorong murid bereksperimen dengan software DAW (seperti FL Studio) dan menciptakan karya orisinal.
-