14 September 2023

Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat?

Series Filsafat Pendidikan Musik Part 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat? Sebuah Review Singkat dari Pandangan Bennett Reimer dalam Buku "A Philosophy of Music Education"


Halo semuanya, ijinkan saya membuka artikel ini dengan sedikit basa-basi perkenalan sebelum saya menulis artikel berjudul "Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat? Sebuah Review Singkat dari Pandangan Bennett Reimer dalam Buku "A Philosophy of Music Education" yang penuh dengan perenungan ini. Saya merupakan seorang praktisi musik dan pendidik musik yang mengajar di dua lembaga kursus musik di Yogyakarta, dan juga pendiri Fisella sebuah startup di bidang edukasi musik (kursus musik dan e-learning musik) yang sebelumnya menempuh pendidikan S1-Teknik Informatika di Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan S1-Musik ISI Yogyakarta.


Setelah lulus dari jurusan teknik informatika saya melanjutkan studi ke Program Studi S1 Musik ISI Yogyakarta, titik mula dimana timbul ketertarikan saya terhadap Filsafat dan Musik sejak mengikuti kelas filsafat Dr. Sukatmi Susantina, M.Hum. Filsafat bagi sebagian besar orang mungkin hanyalah kumpulan gagasan belaka, namun perspektif kontras dilontarkan oleh dosen saya bahwa "Laboratorium filsafat adalah kehidupan nyata" yang pada akhirnya menggiring saya untuk menggunakan filsafat dalam mewujudkan sesuatu yang lebih konkret yaitu eksistensi Fisella selama lima tahun terakhir ini.


Semenjak lulus dari perkuliahan, justru saya memiliki ketertarikan untuk menggali pengetahuan di bidang edukasi musik informal dan teknologi yang menurut saya juga linier dengan bidang ilmu yang saya dalami sebelumnya. Hal inilah yang mendorong saya untuk mulai membaca berbagai buku untuk menggali ketertarikan saya di bidang ini dari berbagai macam perspektif bidang ilmu (tidak hanya bidang ilmu musik saja), salah satunya adalah buku tentang filsafat pendidikan musik dari Bennet Reimer.

Disclaimer On!

Bagaimanapun, artikel ini hanyalah tulisan populer biasa yang masih bisa diragukan kebenarannya walaupun isi dari artikel ini saya tulis berdasarkan hasil membaca sebuah buku berjudul A Philosophy of Music Education Edisi ke-3 dari Bennett Reimer. Dalam artikel ini saya memuat gagasan Reimer tanpa perubahan, juga setiap opini dan interpretasi pribadi terkait gagasan Reimer akan saya beri garis bawah untuk memperjelas mana gagasan asli Reimer dan mana yang bukan. Saya juga menghimbau untuk tidak mengutip langsung dari artikel ini untuk keperluan penelitian (skripsi, thesis, jurnal, dan lainnya) tanpa membaca buku aslinya sendiri, juga saya menyarankan untuk tetap mendiskusikannya dengan dosen pembimbing atau profesor rekan-rekan sekalian.


1, 2, 3... Mulai 

Filsafat kita kenal sebagai satu permulaan dari segala bidang ilmu yang sekarang eksis dalam kehidupan kita, mulai dari bidang ilmu eksakta, rumpun ilmu sosial-humaniora, hingga bidang ilmu spesifik dan terapan. Bagi kita yang pernah duduk dan belajar di bangku perkuliahan seni seperti musik, filsafat menjadi bekal bagi kita dalam mengolah karya dari perspektif logika, estetika dan juga etika. Sebagai pendidik musik, perlukah kita menggunakan filsafat? Atau jangan-jangan cukup dengan bermodal pengetahuan teori musik dan praktek saja sudah cukup. Mari kita bahas dari sudut pandang Reimer dalam buku "A Philosophy of Music Education Edisi Ke-3".


Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat/Filosofi?

Sederhananya menurut Reimer pendidik musik sangat membutuhkan filsafat/filosofi untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang profesional. Lalu mengapa pendidik musik harus direpotkan berurusan dengan filsafat? Mulai dari membaca filsafat, mendiskusikan pentingnya filsafat, bahkan membangun filosofi kita sendiri sebagai pendidik musik.



Reimer menyatakan bahwa musik hanya memberikan "sounds meaning", dan filsafat hanya memberikan "words meaning", yang berarti dengan menyatukan keduanya maka pendidikan musik yang berdasar pada sebuah filsafat/filosofi akan membuat keduanya (baik pendidikan musik maupun filsafat dalam pendidikan musik) menjadi lebih meyakinkan, lebih kuat, lebih "benar", dengan catatan keduanya, baik pendidikan musik maupun filsafat dalam pendidikan musik memerlukan perhatian, usaha, dan skill untuk dibangun.


Bukankah cukup bagi seorang pendidik musik fokus pada hal-hal teknis dalam musik saja dan berpikir secara musikal tanpa filsafat/filosofi? Bennet Reimer dengan tegas menyatakan tidak cukup. Menurut Reimer, selain paham terkait teknis mengajar, membuat kurikulum, membuat evaluasi, membangun skill intrapersonal, pendidik musik harus memiliki seperangkat alat pemandu keyakinan tentang sifat dan nilai dari bidang ilmu ini (musik), inilah yang nantinya disebut sebagai filosofi menurut Reimer. Sekali lagi saya sederhanakan bahwa keyakinan sebagai alat pemandu adalah filosofi bagi seorang pendidik musik.


Saya akan sedikit meluas kepada konteks keyakinan menurut sudut pandang pribadi. Dalam filsafat kita mengenal berbagai aliran yang diakhiri dengan "-isme" seperti idealisme, rasionalisme, empirisme, dan lain sebagainya . KBBI mengartikan -isme sebagai sufiks pembentuk nomina sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. Kepercayaan/keyakinan (-isme) inilah yang mendorong manusia berpikir menurut aliran (kepercayaan) apa yang dia yakini, contohnya bagaimana kaum rasionalisme dan empirisme memiliki keyakinan yang berbeda dalam memandang apa itu pengetahuan. Konsep keyakinan yang serupa akan menjadi pemandu bagi pendidik musik dalam membentuk filosofinya.


Dalam buku ini, "A Philosophy of Music Education", Reimer bertujuan untuk menyediakan System of Principles sebagai alat pemandu keyakinan dalam mengimplementasikan program pendidikan musik yang berguna dan berarti.


Berangkat dari pandangan Reimer bahwa profesi pendidik musik membutuhkan banyak sekali panduan, baik pada level kolektif maupu level individu. Karena nilai dari profesi pendidik musik di masyarakat sangat tergantung pada pemahaman masyarakat luas tentang profesi ini (profesi pendidik musik), terkait apa dampak sosial yang ditawarkan/diselesaikan profesi pendidik musik bagi masyarakat. Pada level kolektif, sebuah filosofi diperlukan untuk evektifitas secara menyeluruh dan menyajikan semacam "Kesadaran Kolektif (Kesadaran Bersama)" bagi pendidik musik. Kekuatan dari bidang ilmu pendidikan musik akhirnya tergantung pada keyakinan anggotanya secara kolektif.


Saya mencoba menganalogikan konsep kesadaran kolektif yang ditawarkan Reimer dalam kehidupan nyata, bagaimana kesadaran kolektif dari sebuah profesi lain (di luar musik) yang kuat membuat bidang ilmu mereka nampak kuat oleh masyarakat.

Misalnya profesi dokter dalam bidang ilmu kesehatan, setiap individu di bidang ini nampaknya terlihat yakin bahwa profesinya sangat penting dan memiliki urgensi karena pastinya berkaitan dengan kesembuhan pasien dan juga keselamatan nyawa pasiennya, bahkan profesi ini nampak sering dibanggakan oleh mereka yang sebenarnya baru lulus sekolah menengah atas dan baru saja memulai pendidikan kedokteran yang belum tentu mereka melanjutkan ke profesi dokter. Profesi ini sangatlah kuat dipandang oleh masing-masing individunya menyebabkan profesi dokter memiliki nilai yang sangat penting kedudukannya di masyarakat.

Saya juga berandai-andai jika semua pendidik musik di dunia memiliki kesadaran kolektif yang positif terkait profesi pendidik musik, maka profesi ini juga akan lebih bernilai di masyarakat.


Reimer menyampaikan bahwa seorang individu yang memiliki gagasan yang jelas, individu yang memiliki tujuan yang jelas sebagai seorang profesional, dan individu yang memandang pentingnya sebuah tujuan yang dibangun secara profesional merupakan serangkaian koneksi yang kuat dalam kehidupan manusia, sehingga secara kolektif membentuk sebuah profesi.

Juga individu yang memiliki pembenaran yang meyakinkan dalam pendidikan musik, individu yang menunjukan peran pendidikan musik dalam kehidupannya, individu yang membangun harga diri profesinya penting, merupakan harta yang berharga pada profesi pendidik musik. Aakhirnya, pada tahap dimana individu pendidik musik dibantu untuk memformulasikan filosofi yang menarik, profesi ini akan menjadi profesi yang solid dan "aman". *Silahkan artikan kata aman dengan perspektif masing masing, saya pribadi justru mengartikan kata aman sebagai pilihan profesi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan kehidupan.

Reimer menambahkan bahwa pentingnya mengasah keyakinan individu tentang pendidikan musik, merupakan hal yang membentuk nilai dari profesi musik, yang nantinya berdampak pada nilai kehidupan (holistik) seorang individu. Saya mengartikan secara sederhana seperti ini : jika seorang individu pendidik musik yakin dengan pendidikan musik memiliki nilai positif, maka profesi pendidik musik akan menjadi positif, nantinya berdampak pada harga diri kita sebagai individu dalam kehidupan nyata.


Reimer juga mempertegas, dengan kita percaya bahwa profesi pendidik musik penting, sebuah profesi yang kita sendiri hargai, profesi yang mencerdaskan diri kita dan orang lain, dengan sendirinya tanpa bisa mengelak, kehidupan kita akan menjadi penting, akan dihargai, akan "kaya" (tidak hanya kaya secara material) Dampak sebaliknya akan terjadi jika kita tidak percaya profesi ini berharga.

Ada peran penting filsafat dalam memberikan sebuah misi dan makna bagi kehidupan profesi pendidik musik, ketika nilai dari bidang ilmu dan profesi ini nampaknya tidak dipahami sepenuhnya oleh anggotanya atau bahkan adanya individu profesional yang kekurangan pemahaman/keyakinan pada bidang ini.


Lanjut ke Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 2 (On progress). Baca semua artikel disini PETER DE VRIES GUITAR: Series Filsafat Pendidikan Musik