10 March 2020

Kecerdasan Musikal

Kecersasan Musikal Peter de Vries Guitar


Dulu ketika kalian menempuh pendidikan formal dari SD hingga SMA, pernahkah kalian minder karena merasa tidak pintar? Atau bahkan mendapat perlakuan yang kurang baik dari guru karena pemahamanmu akan pelajaran tidak secemerlang teman yang lain? Jika kalian merasa demikian, saya pun juga pernah merasakan hal yang sama. Secara tidak langsung dampak dari diskriminasi ini menjadikan saya terjebak dalam rasa minder yang luar biasa selama bertahun-tahun. Belum lagi tuntutan orang tua yang seakan memaksa kita untuk mampu bersaing dengan mereka yang selalu menjadi "bintang kelas". Beberapa orang tua bahkan meminta anaknya untuk mengikuti program les tambahan di luar sekolah. Permasalahan inilah yang akhirnya menggugah saya untuk belajar gitar sebagai sebuah kemampuan yang berbeda agar saya memiliki nilai yang setara dengan para "bintang kelas". 

Artikel ini tidak bertujuan untuk menggiring opini dan sama sekali tidak bersifat mutlak. Saya hanya bermaksud memberikan sebuah pandangan bahwa setiap pribadi memiliki kecerdasannya masing-masing yang mungkin kecerdasan musikal dalam diri anda atau dalam anak anda adalah kemampuan yang selama ini terbendung. Baca juga Memilih Instrumen Musik yang Tepat untuk Anak.

1. 9 Jenis Kecerdasan

Tidak masalah jika kalian tidak percaya dengan opini yang saya berikan, mungkin sebuah teori dari Howard Gardner, seorang Profesor dan Psikolog dari Universitas Harvard dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences yang menjelaskan 9 jenis kecerdasan mampu memberikan pencerahan bagi kalian. Sedikitnya ada 9 kecerdasan menurut Howard Gardner antara lain sebagai berikut :
  • Kecerdasan Logis-Matematis
  • Kecerdasan Verbal-Linguistik
  • Kecerdasan Spasial-Visual
  • Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
  • Kecerdasan Intrapersonal
  • Kecerdasan Interpersonal
  • Kecerdasan Naturalis
  • Kecerdasan Eksistensial
  • Kecerdasan Musikal
Saya tidak akan membahas satu per satu jenis kecerdasan karena saya hanya akan fokus kepada kecerdasan musikal saja.

Jika saya diijinkan kembali ke masa lampau dan bertemu dengan guru-guru yang cukup diskriminatif dalam menilai kecerdasan muridnya, saya akan menunjukkan bahwa kemampuan logis-matematis hanyalah satu dari sekian kecerdasan yang ternyata memiliki kesetaraan yang sama. Mengapa teman-teman sang bintang kelas dianggap sangat pintar? karena rata-rata mata pelajaran pokok yang ada di sekolah bersifat logis-matematis. Bagi teman-teman yang tidak memiliki kecerdasan logis-matematis namun memiliki kecerdasan verbal-linguistik mungkin hidupnya cukup terselamatkan, namun tetap saja para penyandang kecerdasan logis-matematis lah yang biasanya menjadi bintang kelas. Stop sampai disini saja saya mengkritisi para pahlawan tanpa tanda jasa, pada poin kedua saya akan bahas mengenai kecerdasan musikal dan fakta dibaliknya.

2. Mengapa Musikal Bisa dianggap Kecerdasan

Jika mengamati penilaian siswa saat ini, perbedaan yang cukup signifikan dapat dilihat dari penilaiannya yang dibedakan kedalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pasal 3 Ayat 1 
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: a. sikap; b. pengetahuan; dan c. keterampilan.
Kemampuan kognitif berhubungan dengan kemampuan otak untuk berpikir rasional (akal). Kemampuan afektif berkaitan dengan sikap dan nilai seperti watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, dan emosi. Kemampuan psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik seseorang seperti olahraga, menari, melukis, dan bermusik.

Belajar musik secara singkatnya dapat dinilai keterampilan bagaimana seseorang mampu memainkan alat musik. Namun jika kita pelajari lebih lanjut, musik tidak hanya mengajarkan tentang aspek psikomotorik saja. Pada aspek kognitif dimana kemampuannya berkaitan dengan pemikiran rasional, dalam musik ketika kita menghafal progresi akor pada lagu, menghafalkan lirik, membaca partitur, menghitung interval, dan masih banyak lagi, jelas sangat berkaitan dengan kemampuan kognitif seseorang. Kemampuan afektif juga dapat kita rasakan ketika pembelajaran musik sudah mencapai ranah komunikasi non verbal antara penyaji dan pendengar, dalam komposisi musik seperti pemilihan progresi, pemilihan bentuk musik, gaya musik yang bertujuan untuk menimbulkan sensasi tertentu bagi pendengarnya, hingga gestur tubuh saat menyajikan musik di panggung untuk menyampaikan kesan dan pesan tertentu. Dalam aspek psikomotorik sangat jelas dapat dilihat. Bagaimana musisi berlatih ber jam-jam hanya untuk menguasai satu lagu, atau potongan lagu, bahkan saya pun pernah mengalami pembelajaran sebuah teknik yang memakan waktu hingga bertahun-tahun. Selain itu, karena musik berkaitan dengan kemampuan psikomotorik, jika jam terbang latihan kita berkurang, dengan sendirinya kemampuan bermain musik kita juga akan melemah.

Dalam buku Nada-nada Radikal, Perbincangan Para Filsuf Tentang Musik karya Dr. Sukatmi Susantina, M. Hum. dituliskan bahwa Plato (Filsuf Yunani) menyatakan terdapat tiga proses pendidikan dimana pembelajaran musik dan gumnastik ditempatkan pada tahap pertama (fundamental), tahap kedua adalah bidang eksakta, dan tahap ketiga adalah dialektika. Dari pendapat Plato saya meyakini kecerdasan musik memiliki peran yang sama pentingnya dengan kecerdasan lainnya.

Saya berani menjamin bahwa musik tidak sesederhana yang dipikirkan orang awam dimana untuk memahami musik hanya melalui perasaan saja. Rasio sangat dipertimbangkan dan bahkan pada era Klasik sudah ditetapkan aturan dimana hingga saat ini musik sangatlah matematis dan logis yang berlaku hingga sekarang.

3. Bagaimana Cara Mengasah Kecerdasan Musikal

Di awal proses belajar musik, saya mendapatkan sebuah kata mutiara yang cukup menggugah semangat saya.
A man who works with his hand is a Laborer, a man who works with his hand and his brain is a Craftsman, a man who works with his hand, his brain, and his heart is an Artist - Louis Nizer
Dari  kata mutiara ini saya mengartikan bahwa musisi (sebagai seniman) harus dibekali dengan kemampuan berpikir, kemampuan keterampilan, dan kemampuan cita rasa yang kuat.

Saya memberikan sebuah tips bagaimana kecerdasan musikal tidak stagnan, karena melalui pengalaman saya dalam belajar musik selalu kita akan menemui sebuah kejenuhan ketika kita sudah menguasai. Berikut adalah tips dari saya pribadi.

Berlatihlah setiap hari, tentukan waktu untuk melakukan pemanasan teknik. Mengapa demikian? Sebagai musisi kita tidak akan tahu kapan kita diminta untuk bermain musik atau bernyanyi. Jika kita membiasakan diri untuk pemanasan terlebih dahulu, kemampuan jari, tangan, pita suara kita akan  lebih siap dibandingkan jika belum berlatih sebelumnya. Selain itu fokuslah belajar satu instrumen terlebih dahulu, baca artikel Satu Instrumen Sampai Profesional Atau Bisa Semua Instrumen Tapi Sedikit?.

Tambah referensi musik berupa lagu, potongan nada dari musisi dalam genre apapun. Jangan pernah membatasi genre hanya karena preferensi. Dengarkan saja tanpa harus menghakimi sebuah genre tertentu.

Membaca dan menganalisa lagu/repertoar. Jika kalian hanya membaca akor lagu dari internet, membaca partitur, imbangi dengan kemampuan analisa yang baik. Analisa bentuk musiknya, genre, tangga nada, modulasi dan banyak hal lainnya membuat kemampuan bermusikmu tidak melulu dalam aspek psikomotorik saja.

Berkomunitas adalah salah satu tips untuk menambah ilmu yang berkaitan dengan kecerdasan musikal. Mungkin dari orang lain kalian bisa mendapat informasi mengenai musik terkini, teknologi musik, serta hal menarik lainnya. Perihal berkomunitas juga pernah saya bahas pada tahun 2015 dalam artikel berjudul 5 Tips Belajar Instrumen Musik.

Hal terakhir yang menjadi pegangan saya dalam belajar musik adalah jangan cepat puas. Merasa puas setelah kita berhasil memainkan teknik dan lagu tertentu tidaklah salah, namun ingat masih banyak yang harus dipelajari dalam musik.

Picture source quora.com