tag:blogger.com,1999:blog-13669062093505888652024-03-14T13:17:31.766+07:00PETER DE VRIES GUITARMusic Theory | Practice | KnowledgesPeter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.comBlogger123125tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-66048532502118105732023-12-04T08:50:00.008+07:002023-12-04T21:40:31.364+07:00Another Perspective to Learn & Master the 7 Modes in Guitar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirL4zvvRc8977TpCaHTOR7dwz_jo9X08Xz7DrAH5EnqtT3J47XoFSW-73JXjBCLAGNBydNXJtxqlk26vi9EhRsNZVvKIL-rkhCiAOzDBgJ4ZajNMiBf6XA8HJT1lM_GFnn1kmV1KZkfMwKosx0RsBvedSzepgoDiA1kiHwS9Z1Z_HsC9CM1JOKtfyn1X1B/s1920/Another%20Way%20to%20Master%20Modes%20in%20Guitar%20-%20Peter%20de%20Vries%20Guitar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1920" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirL4zvvRc8977TpCaHTOR7dwz_jo9X08Xz7DrAH5EnqtT3J47XoFSW-73JXjBCLAGNBydNXJtxqlk26vi9EhRsNZVvKIL-rkhCiAOzDBgJ4ZajNMiBf6XA8HJT1lM_GFnn1kmV1KZkfMwKosx0RsBvedSzepgoDiA1kiHwS9Z1Z_HsC9CM1JOKtfyn1X1B/w640-h426/Another%20Way%20to%20Master%20Modes%20in%20Guitar%20-%20Peter%20de%20Vries%20Guitar.jpg" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Have you been learning modes and trying hard to practice every day for many years but still don't understand how to use them? You might not even know how to identify them apart, I suggest you should comprehend it in another way. The question is, what kind of method should you use? The simple answer is the <b>Fix-Do Method</b>.</p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">If you're now a "movable do person", trying "fix do" to play or identify modes will help you think far from the tonality concept. I've been using it this way since I got stuck a couple years ago, and I think it totally works!</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Learning modes while still thinking in tonality (movable do) will make your brain find the similarity between one mode and another mode with do or tonica as the reference. For instance:</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><b>Dorian is re mi fa so la ti do re and Lydian is fa so la ti do re mi fa</b></p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">I agree that this concept is the simplest way to understand modes, yes, it is absolutely true for only a musical theory, not for practicing and improvising. You should be aware that this way tends to suggest using the tonica (Do) as the reference notation. When you play dorian, the Re (for a movable do person) should be answered by the Do, but actually the Re in dorian modes must be the root of this scale. So, a decade ago, I changed my modes into this formula:</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">The Fix Do or the Movable Do Person will use the same reference, the Major Scale/Diatonic Major.1-2-3-4-5-6-7.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">The first mode that I learned was Mixolydian. It only has one different notation (7b), compared with the major scale. <b>Mixolydian formula: 1-2-3-4-5-6-7b</b>. Moving to another mode, I chose Dorian because it has one different note compared with the Mixolydian. <b>Dorian formula: 1-2-3b-4-5-6-7b</b>.</p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Before you move to the other modes, it's better to compare the nuance between the major scale, the mixolydian, and the dorian.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">After I mastered those two modes, I moved to the Aeolian mode. Even though the path of this mode is identically similar to the minor natural scale, just keep making it different because you are not a Movable Do Person anymore, which means you are not using the movable do. <b>The Aeolian formula is 1-2-3b-4-5-6b-7b</b>, this mode is like Dorian, shifting the 6 to 6b. The next mode is Phrygian. Using the Aeolian as a reference will help you remember this mode, the <b>Phrygian formula is 1-2b-3b-4-5-6b-7b</b>. The next mode is Locrian, and I think this mode is rarely played, but we should master this mode. The <b>Locrian formula is 1-2b-3b-4-5b-6b-7b</b>, If you're now using Phrygian as a reference to compare the Locrian, well done! Now you're moving to the fix-do concept!</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">The last mode that I learned is the Lydian. The one mode in the fix-do concept that uses the sharp (#). <b>The formula of Lydian is 1-2-3-4#-5-6-7</b>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">The next step is practice, but keep focusing on the formula and fretboard visualization. I think this perspective will help you understand modes in a couple weeks.</p><p></p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-6730311046896812002023-09-14T10:46:00.009+07:002023-09-14T11:09:54.702+07:00Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8w-XGN1HoVLQWkwqD1c0XJ21xfCOk-6f7oINbUbkT2QG4JL3nIikNiPlAeNqCq4MypK1SYErhvxqkQNTyH1WhA3HeMXp4hBoIShyv4mEPvfSSYO9tZ6_RSHWSTHI9nkW6jshZOPUgkkL-2lhOf1bSU3bcLzWmsc08SMkH2NCySyJd5eqKvY4AWcpoyreP/s640/Series%20Filsafat%20Pendidikan%20Musik%20Part%201%20-%20Apakah%20Pendidik%20Musik%20Membutuhkan%20Filsafat%20Sebuah%20Review%20Singkat%20dari%20Pandangan%20Bennett%20Reimer%20dalam%20Buku%20A%20Philosophy%20of%20Music%20Education%20peterdevriesguitar.com.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img alt="Series Filsafat Pendidikan Musik Part 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat? Sebuah Review Singkat dari Pandangan Bennett Reimer dalam Buku "A Philosophy of Music Education"" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="429" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8w-XGN1HoVLQWkwqD1c0XJ21xfCOk-6f7oINbUbkT2QG4JL3nIikNiPlAeNqCq4MypK1SYErhvxqkQNTyH1WhA3HeMXp4hBoIShyv4mEPvfSSYO9tZ6_RSHWSTHI9nkW6jshZOPUgkkL-2lhOf1bSU3bcLzWmsc08SMkH2NCySyJd5eqKvY4AWcpoyreP/w640-h429/Series%20Filsafat%20Pendidikan%20Musik%20Part%201%20-%20Apakah%20Pendidik%20Musik%20Membutuhkan%20Filsafat%20Sebuah%20Review%20Singkat%20dari%20Pandangan%20Bennett%20Reimer%20dalam%20Buku%20A%20Philosophy%20of%20Music%20Education%20peterdevriesguitar.com.jpg" title="Series Filsafat Pendidikan Musik Part 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat? Sebuah Review Singkat dari Pandangan Bennett Reimer dalam Buku "A Philosophy of Music Education"" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Halo semuanya, ijinkan saya membuka artikel ini dengan sedikit basa-basi perkenalan sebelum saya menulis artikel berjudul <b>"Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat? Sebuah Review Singkat dari Pandangan Bennett Reimer dalam Buku "A Philosophy of Music Education"</b> yang penuh dengan perenungan ini. Saya merupakan seorang praktisi musik dan pendidik musik yang mengajar di dua lembaga kursus musik di Yogyakarta, dan juga pendiri Fisella sebuah startup di bidang edukasi musik (kursus musik dan e-learning musik) yang sebelumnya menempuh pendidikan S1-Teknik Informatika di Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan S1-Musik ISI Yogyakarta.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><span><a name='more'></a></span><p></p><p style="text-align: justify;">Setelah lulus dari jurusan teknik informatika saya melanjutkan studi ke Program Studi S1 Musik ISI Yogyakarta, titik mula dimana timbul ketertarikan saya terhadap Filsafat dan Musik sejak mengikuti kelas filsafat Dr. Sukatmi Susantina, M.Hum. Filsafat bagi sebagian besar orang mungkin hanyalah kumpulan gagasan belaka, namun perspektif kontras dilontarkan oleh dosen saya bahwa "Laboratorium filsafat adalah kehidupan nyata" yang pada akhirnya menggiring saya untuk menggunakan filsafat dalam mewujudkan sesuatu yang lebih konkret yaitu eksistensi <a href="https://fisella.com" target="_blank">Fisella </a>selama lima tahun terakhir ini.<br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;">Semenjak lulus dari perkuliahan, justru saya memiliki ketertarikan untuk menggali pengetahuan di bidang edukasi musik informal dan teknologi yang menurut saya juga linier dengan bidang ilmu yang saya dalami sebelumnya. Hal inilah yang mendorong saya untuk mulai membaca berbagai buku untuk menggali ketertarikan saya di bidang ini dari berbagai macam perspektif bidang ilmu (tidak hanya bidang ilmu musik saja), salah satunya adalah buku tentang filsafat pendidikan musik dari Bennet Reimer.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><h3 style="text-align: left;">Disclaimer On!</h3><div><div style="text-align: justify;">Bagaimanapun, artikel ini hanyalah tulisan populer biasa yang masih bisa diragukan kebenarannya walaupun isi dari artikel ini saya tulis berdasarkan hasil membaca sebuah buku berjudul A Philosophy of Music Education Edisi ke-3 dari Bennett Reimer. Dalam artikel ini saya memuat gagasan Reimer tanpa perubahan, juga setiap opini dan interpretasi pribadi terkait gagasan Reimer akan saya beri garis bawah untuk memperjelas mana gagasan asli Reimer dan mana yang bukan. Saya juga menghimbau untuk tidak mengutip langsung dari artikel ini untuk keperluan penelitian (skripsi, thesis, jurnal, dan lainnya) tanpa membaca buku aslinya sendiri, juga saya menyarankan untuk tetap mendiskusikannya dengan dosen pembimbing atau profesor rekan-rekan sekalian.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><br /><h3 style="text-align: left;">1, 2, 3... Mulai </h3><p></p><p style="text-align: justify;">Filsafat kita kenal sebagai satu permulaan dari segala bidang ilmu yang sekarang eksis dalam kehidupan kita, mulai dari bidang ilmu eksakta, rumpun ilmu sosial-humaniora, hingga bidang ilmu spesifik dan terapan. Bagi kita yang pernah duduk dan belajar di bangku perkuliahan seni seperti musik, filsafat menjadi bekal bagi kita dalam mengolah karya dari perspektif logika, estetika dan juga etika. Sebagai pendidik musik, perlukah kita menggunakan filsafat? Atau jangan-jangan cukup dengan bermodal pengetahuan teori musik dan praktek saja sudah cukup. Mari kita bahas dari sudut pandang Reimer dalam buku "A Philosophy of Music Education Edisi Ke-3".</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: left;">Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat/Filosofi?</h3><p style="text-align: justify;"><u>Sederhananya menurut Reimer pendidik musik sangat membutuhkan filsafat/filosofi untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang profesional.</u> Lalu mengapa pendidik musik harus direpotkan berurusan dengan filsafat? Mulai dari membaca filsafat, mendiskusikan pentingnya filsafat, bahkan membangun filosofi kita sendiri sebagai pendidik musik.</p><p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Reimer menyatakan bahwa musik <u>hanya</u> memberikan "sounds meaning", dan filsafat <u>hanya</u> memberikan "words meaning", yang berarti d<u>engan menyatukan keduanya maka pendidikan musik yang berdasar pada sebuah filsafat/filosofi</u> akan membuat keduanya (baik pendidikan musik maupun filsafat dalam pendidikan musik) menjadi lebih meyakinkan, lebih kuat, lebih "benar", dengan catatan keduanya, baik pendidikan musik maupun filsafat dalam pendidikan musik memerlukan perhatian, usaha, dan skill untuk dibangun.</div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bukankah cukup bagi seorang pendidik musik fokus pada hal-hal teknis dalam musik saja dan berpikir secara musikal tanpa filsafat/filosofi? Bennet Reimer dengan tegas menyatakan tidak cukup. <u>Menurut Reimer</u>, selain paham terkait teknis mengajar, membuat kurikulum, membuat evaluasi, membangun skill intrapersonal, pendidik musik harus memiliki seperangkat alat pemandu keyakinan tentang sifat dan nilai dari bidang ilmu ini (musik), inilah yang nantinya disebut sebagai filosofi menurut Reimer. Sekali lagi saya sederhanakan bahwa <u>keyakinan sebagai alat pemandu adalah filosofi bagi seorang pendidik musik</u>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><u>Saya akan sedikit meluas kepada konteks keyakinan menurut sudut pandang pribadi. Dalam filsafat kita mengenal berbagai aliran yang diakhiri dengan "-isme" seperti idealisme, rasionalisme, empirisme, dan lain sebagainya . KBBI mengartikan -isme sebagai sufiks pembentuk nomina sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. Kepercayaan/keyakinan (-isme) inilah yang mendorong manusia berpikir menurut aliran (kepercayaan) apa yang dia yakini, contohnya bagaimana kaum rasionalisme dan empirisme memiliki keyakinan yang berbeda dalam memandang apa itu pengetahuan. Konsep keyakinan yang serupa akan menjadi pemandu bagi pendidik musik dalam membentuk filosofinya.</u></p><p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam buku ini, "A Philosophy of Music Education", Reimer bertujuan untuk menyediakan System of Principles sebagai alat pemandu <u>keyakinan </u>dalam mengimplementasikan program pendidikan musik yang berguna dan berarti.</div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Berangkat dari pandangan Reimer bahwa profesi pendidik musik membutuhkan banyak sekali panduan, baik pada level kolektif maupu level individu. Karena nilai dari profesi pendidik musik di masyarakat sangat tergantung pada pemahaman masyarakat luas tentang profesi ini (profesi pendidik musik), terkait apa dampak sosial yang ditawarkan/diselesaikan profesi pendidik musik bagi masyarakat. Pada level kolektif, sebuah filosofi diperlukan untuk evektifitas secara menyeluruh dan menyajikan semacam "Kesadaran Kolektif (Kesadaran Bersama)" bagi pendidik musik. Kekuatan dari bidang ilmu pendidikan musik akhirnya tergantung pada keyakinan anggotanya <u>secara kolektif</u>.</p><p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><u><div style="text-align: justify;"><u>Saya mencoba menganalogikan konsep kesadaran kolektif yang ditawarkan Reimer dalam kehidupan nyata, bagaimana kesadaran kolektif dari sebuah profesi lain (di luar musik) yang kuat membuat bidang ilmu mereka nampak kuat oleh masyarakat.</u></div><div style="text-align: justify;"><u><br /></u></div><div style="text-align: justify;"><u>Misalnya profesi dokter dalam bidang ilmu kesehatan, setiap individu di bidang ini nampaknya terlihat yakin bahwa profesinya sangat penting dan memiliki urgensi karena pastinya berkaitan dengan kesembuhan pasien dan juga keselamatan nyawa pasiennya, bahkan profesi ini nampak sering dibanggakan oleh mereka yang sebenarnya baru lulus sekolah menengah atas dan baru saja memulai pendidikan kedokteran yang belum tentu mereka melanjutkan ke profesi dokter. Profesi ini sangatlah kuat dipandang oleh masing-masing individunya menyebabkan profesi dokter memiliki nilai yang sangat penting kedudukannya di masyarakat.</u></div><div style="text-align: justify;"><u><br /></u></div><div style="text-align: justify;"><u>Saya juga berandai-andai jika semua pendidik musik di dunia memiliki kesadaran kolektif yang positif terkait profesi pendidik musik, maka profesi ini juga akan lebih bernilai di masyarakat.</u></div></u><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Reimer menyampaikan bahwa seorang individu yang memiliki gagasan yang jelas, individu yang memiliki tujuan yang jelas sebagai seorang profesional, dan individu yang memandang pentingnya sebuah tujuan yang dibangun secara profesional merupakan serangkaian koneksi yang kuat dalam kehidupan manusia, sehingga secara kolektif membentuk sebuah profesi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Juga individu yang memiliki pembenaran yang meyakinkan dalam pendidikan musik, individu yang menunjukan peran pendidikan musik dalam kehidupannya, individu yang membangun harga diri profesinya penting, merupakan harta yang berharga pada profesi pendidik musik. Aakhirnya, pada tahap dimana individu pendidik musik dibantu untuk memformulasikan filosofi yang menarik, profesi ini akan menjadi profesi yang solid dan "aman". <u>*Silahkan artikan kata aman dengan perspektif masing masing, saya pribadi justru mengartikan kata aman sebagai pilihan profesi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan kehidupan.</u></div><p></p><p style="text-align: justify;">Reimer menambahkan bahwa pentingnya mengasah keyakinan individu tentang pendidikan musik, merupakan hal yang membentuk nilai dari profesi musik, yang nantinya berdampak pada nilai kehidupan <u>(holistik)</u> seorang individu. <u>Saya mengartikan secara sederhana seperti ini : jika seorang individu pendidik musik yakin dengan pendidikan musik memiliki nilai positif, maka profesi pendidik musik akan menjadi positif, nantinya berdampak pada harga diri kita sebagai individu dalam kehidupan nyata.</u></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Reimer juga mempertegas, dengan kita percaya bahwa profesi pendidik musik penting, sebuah profesi yang kita sendiri hargai, profesi yang mencerdaskan diri kita dan orang lain, dengan sendirinya tanpa bisa mengelak, kehidupan kita akan menjadi penting, akan dihargai, akan "kaya" <u>(tidak hanya kaya secara material)</u> Dampak sebaliknya akan terjadi jika kita tidak percaya profesi ini berharga.</p><p style="text-align: justify;">Ada peran penting filsafat dalam memberikan sebuah misi dan makna bagi kehidupan profesi pendidik musik, ketika nilai dari bidang ilmu dan profesi ini nampaknya tidak dipahami sepenuhnya oleh anggotanya atau bahkan adanya individu profesional yang kekurangan pemahaman/keyakinan pada bidang ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p>Lanjut ke Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 2 (On progress). Baca semua artikel disini <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/search/label/Series%20Filsafat%20Pendidikan%20Musik?&max-results=7">PETER DE VRIES GUITAR: Series Filsafat Pendidikan Musik</a></p><p><br /></p></div></div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-48253421597484113152023-08-05T12:57:00.000+07:002023-08-05T12:57:23.816+07:00Makin Banyak Senar Bass Makin Jago? Nggak Gitu Konsepnya!<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQfQoS4n93iSSF96D6I1iiKGsyt9DH3QBy867WYnwFp37AndA6fXZAgj2hOomuslpvRPaPWBH5-6MJD6xV2NYslcGJYgQhLcEdEEXnPunIay-sL0zwG9dNoNHAaMflSW7k1CRGLYR8iro0Bm-GTDKK6nrcse90G5JZ2hzLdnqYKsAWU7WPyPA8E350vh6D/s900/Bass%20senar%205%20bass%20senar%206%20peterdevriesguitar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="579" data-original-width="900" height="412" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQfQoS4n93iSSF96D6I1iiKGsyt9DH3QBy867WYnwFp37AndA6fXZAgj2hOomuslpvRPaPWBH5-6MJD6xV2NYslcGJYgQhLcEdEEXnPunIay-sL0zwG9dNoNHAaMflSW7k1CRGLYR8iro0Bm-GTDKK6nrcse90G5JZ2hzLdnqYKsAWU7WPyPA8E350vh6D/w640-h412/Bass%20senar%205%20bass%20senar%206%20peterdevriesguitar.jpg" width="640" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Halo bass player! Setelah hampir 10 tahun menulis artikel musik di blog ini, kali ini saya akan menulis artikel pertama tentang bass. Di artikel ini secara singkat saya hanya akan meluruskan sebuah pandangan yang sering salah salah, dimana banyak orang beranggapan jumlah senar bass menunjukkan kepiawaian seorang bass player.<span></span></p><a name='more'></a><p></p><p><br /></p><h3 style="text-align: left;">Jumlah Senar Bass Pada Umumnya</h3><p style="text-align: justify;">Kalau ditanya berapa sih senar instrumen bass pada umumnya, jawabannya adalah 4. Jika tidak percaya silahkan main ke toko musik atau jelajahi YouTube, dan kalian akan menemukan lebih banyak player bass memainkan bass senar 4. Tuning standar bass senar 4 adalah E A D G (dari atas ke bawah), sama seperti gitar dari senar 6 sampai 3.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: left;">4 Senar Lebih Dari Cukup</h3><p style="text-align: justify;">Apakah bass dengan 4 senar dianggap kurang layak? Jawabannya tidak. Dengan menggunakan bass 4 senar kita sudah bisa memainkan banyak lagu. Hampir semua guru bass juga menyarankan memiliki bass senar 4 untuk memulai belajar.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: left;">Banyak Maestro Bass yang Tetap Pakai Bass Senar 4</h3><p style="text-align: justify;">Bassist terkenal seperti Victor Wooten, Marcus Miller, Billy Sheehan, Flea (Red Hot Chili Peppers) masih juga menggunakan bass senar 4. Bahkan permainannya luar biasa.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: left;">Lalu, Kenapa Ada Senar 5?</h3><p style="text-align: justify;">Sederhananya, karena beberapa bassist membutuhkan nada yang lebih low (tambahan nada B pada senar paling atas). Biasanya bassist yang bekerja sebagai session player memilih menggunakan bass senar 5 karena mereka menerima job dengan berbagai macam genre, bahkan beberapa genre seperti rock sering membutuhkan low notation.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: left;">Kalau yang Pakai Senar 6 Buat Apa?</h3><p style="text-align: justify;">Untuk menjawab ini saya akan menunjukkan 2 bass player yang menggunakan 6 strings bass yaitu John Myung (Dream Theater) dan John Patitucci. Mereka bermain pada genre yang sangat eksperimental, sehingga mereka memerlukan senar tambahan untuk mendapatkan nada tinggi di senar paling bawah (biasanya C).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: justify;">Kesimpulan</h3><p style="text-align: justify;">Keputusan seorang bassist yang memilih bass senar 4 atau 5 atau 6 bukan agar terlihat atau menjadi lebih jago, tetapi karena kebutuhan bermusiknya. Kalian tetap bisa menjadi bass player profesional dengan 4 bass strings kok. Tulis komentarmu jika ada pandangan lain yaa!</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><br /></p><p></p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-42704822298809756972023-07-18T12:44:00.007+07:002023-07-18T13:10:02.978+07:0010 Alat yang Wajib Dimiliki "Bedroom Produser Musik Profesional" di Tahun 2023<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizDBVL9HYLzW0Ut-Iccr-NBBOIv694ggPs7s_xbVcgCNXflbBiHh77O1UWo1q0l7FLcTgE8ZFJfXyUiDvd3QYbHwy6sWQgXT-vN-mWx0n22VAiFWsokEC4koOH0rg-SZzkf3T1xa4eUeC4bkqGKJ4ibubtycmUi8ZKUBgzvR2qUUs5j7sVdD1DwPBHdkk/s640/10%20Hal%20yang%20Wajib%20Dimiliki%20Produser%20Musik%20Profesional%20di%20Tahun%202023.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="10 Hal yang Wajib Dimiliki Produser Musik Profesional di Tahun 2023" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizDBVL9HYLzW0Ut-Iccr-NBBOIv694ggPs7s_xbVcgCNXflbBiHh77O1UWo1q0l7FLcTgE8ZFJfXyUiDvd3QYbHwy6sWQgXT-vN-mWx0n22VAiFWsokEC4koOH0rg-SZzkf3T1xa4eUeC4bkqGKJ4ibubtycmUi8ZKUBgzvR2qUUs5j7sVdD1DwPBHdkk/w640-h428/10%20Hal%20yang%20Wajib%20Dimiliki%20Produser%20Musik%20Profesional%20di%20Tahun%202023.jpg" title="10 Hal yang Wajib Dimiliki Produser Musik Profesional di Tahun 2023" width="640" /></a></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Terdapat banyak banget benefit hidup di jaman yang serba digital seperti sekarang. Rasanya hampir semua perangkat yang kita gunakan mulai beralih ke digital. Hal yang sama juga dirasakan para musisi, dunia perekaman menjadi sangat mudah berkat kehadiran Digital Audio Workstation, sehingga kita bisa membuat musik dimanapun hanya dengan bermodalkan laptop/komputer dan headphone. Berikut adalah perangkat apa yang wajib dimiliki produser musik profesional di tahun 2023 :</div><span><a name='more'></a></span><br /><br /><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Komputer & OSnya</h3><div style="text-align: justify;">Ini adalah gears yang wajib kalian punya, baik laptop maupun desktop, baik Windows maupun MacOS tidak menjadi masalah. Yang terpenting adalah bagaimana spesifikasi hardware kalian harus bisa menjawab minimum software requirement system dari software DAW.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Digital Audio Workstation Software</h3><div style="text-align: justify;">Untuk membuat musik di komputer, kalian wajib menginstall DAW. Apapun DAWnya, yang terpenting adalah bagaimana kalian menguasai semua fiturnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Audio Interface</h3><div style="text-align: justify;">Nah, gears ini fungsinya untuk merekam audio dari luar (instrumen maupun mic). Audio interface yang berkualitas idealnya dapat mengeluarkan suara dari komputer yang lebih baik dari soundcard bawaan komputer.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Microphone</h3><div style="text-align: justify;">Untuk merekam vokal dan instrumen akustik kalian memerlukan microphone. Idealnya music producer harus memiliki dynamic dan juga condenser microphone. Sesuaikan fitur microphone dengan kebutuhan kalian.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Studio Headphone</h3><div style="text-align: justify;">Tidak semua headphone memiliki standar untuk editing, sehingga sebaiknya kalian memiliki studio headphone untuk keperluan menganalisa kualitas dan mengedit aransemen musik kalian di DAW.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Studio Speaker (Speaker Flat)</h3><div style="text-align: justify;">Sama halnya dengan headphone, speaker standar studio wajib kalian miliki untuk keperluan menganalisa hasil perekaman. Headphone tidak bisa menggantikan fungsi speaker, juga sebaliknya. Sehingga gears ini juga sangat disarankan untuk kalian miliki.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Ruangan dengan Perlakuan Akustik (Acoustic Treatment)</h3><div style="text-align: justify;">Ruang yang ideal untuk membuat musik adalah ruang dengan perlakuan akustik, bukan ruang redam suara. Artinya untuk menganalisa kualitas audio sebaiknya dilakukan di ruangan dengan acoustic treatment yang baik, walaupun dalam membuat musiknya kalian bisa lakukan dimanapun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">MIDI Controller</h3><div style="text-align: justify;">Ini juga wajib bagi saya, untuk mengerjakan rekaman MIDI Notation memang akan lebih cepat menggunakan gears ini daripada harus klik satu per satu di piano roll.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Instrumen dan Tools Pendukung Lainnya (Opsional Sesuai Keperluan)</h3><div style="text-align: justify;">Kabel, converter, splitter, gitar, dan lainnya juga wajib kalian lengkapi sesuai dengan kebutuhan ya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><p></p><h3 style="text-align: left;">Ilmu dan Jam Terbang (Aransemen, Teori Musik, Audio Engineering)</h3><div style="text-align: justify;">Terakhir namun yang paling utama yaitu ilmu. Selengkap dan sebaik apapun alat yang kalian punya, imbangi dengan ilmu music production yang berkualitas ya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><br /><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/fpXo2io8FGY" width="320" youtube-src-id="fpXo2io8FGY"></iframe> <iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/tM5bK74OgpY" width="320" youtube-src-id="tM5bK74OgpY"></iframe></div><br /><br /><p>Buat yang pengen belajar music production, belajar FL Studio, dan belajar mixing mastering seperti di di atas, Join <a href="https://fisella.com/kursus-produksi-musik/" target="_blank">Fisella Music Course - Music Production</a>. Kalian akan belajar produksi musik dari nol dibimbing oleh mentor berkualitas.</p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-58762249196371101272023-04-17T23:48:00.009+07:002023-04-18T00:02:43.401+07:00"Music is Not Math!" Kesalahan dalam Teori Musik yang Jarang Disadari - Part 1<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPkVZFfcxsqpERyuBTVjebNXSVz9Ib548ubr7Rcs3782b9v1xDSZ4ed_4a3q4yH5ftntzs9YZFv0uh9boUbJ3D-Cuf4yld-89w8ceW0kG0ccLspoC6M4rrp8UR-Q20tH_ESIqEqDXRPrR0zpM8XQGee1wiZWX9HeZpn33amLfw_PpkA5elZwEtmwX0KQ/s640/Kesalahan%20Fatal%20dalam%20Teori%20Musik%20yang%20Jarang%20Disadari%20-%20Part%201%20peterdevriesguitar.com.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kesalahan Fatal dalam Teori Musik yang Jarang Disadari - Part 1" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPkVZFfcxsqpERyuBTVjebNXSVz9Ib548ubr7Rcs3782b9v1xDSZ4ed_4a3q4yH5ftntzs9YZFv0uh9boUbJ3D-Cuf4yld-89w8ceW0kG0ccLspoC6M4rrp8UR-Q20tH_ESIqEqDXRPrR0zpM8XQGee1wiZWX9HeZpn33amLfw_PpkA5elZwEtmwX0KQ/w640-h428/Kesalahan%20Fatal%20dalam%20Teori%20Musik%20yang%20Jarang%20Disadari%20-%20Part%201%20peterdevriesguitar.com.jpg" title="Kesalahan Fatal dalam Teori Musik yang Jarang Disadari - Part 1" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><div style="text-align: justify;"><b>MUSIC IS NOT MATH!</b> ini adalah kalimat pembuka yang akan saya gunakan sebelum membahas artikel ini, tujuannya sederhana yaitu untuk mengkritik semua musisi yang pernah membuat statement bahwa musik adalah "matematika bunyi". Sadar atau tanpa sadar banyak dari kita (kaum musisi) termasuk saya, sebenarnya sangat membenci matematika ketika duduk di bangku sekolah sampai-sampai minder dengan teman kita yang pintar matematika. Namun setelah merasakan bahwa teori musik seperti ilmu harmoni dan kontrapung berisi hitungan, kita mulai merasa bahwa sebenarnya musik adalah matematika, bahkan lebih rumit dari matematika karena ada nadanya, sehingga statement bahwa "musik = math" kita publikasikan dengan percaya diri.</div><span><a name='more'></a></span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Saya setuju jika beberapa hal di musik adalah matematika juga, contohnya tentang rasio Phytagoras pada senar yang akhirnya menjadi konsep interval, namun tidak semua teori musik yang menggunakan angka dan perhitungan adalah matematika. Artinya jika ada satu saja teori musik yang melibatkan hitungan terbukti bukan matematika maka gugur statement "musik = math". Artikel ini saya sarankan bagi kalian yang paham akan teori musik dan sedikit saja pemahaman matematika dasar.</div><p></p><p style="text-align: justify;">Di artikel ini saya akan melakukan pembuktian bahwa "music is not math" melalui pembahasan tentang time signature (sukat). Perhatikan tabel di bawah :</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvgwSxhzg_d6nnF1cvIMBZYxA-oFfsbsd96AoVGTzPnIOymrYWEhaPT-oSOO6541pbeUWxP4q4FI8G6E70llFqt29w78LyUp_jVlmIk_WZHuCWKFfXWl_2P1gQKRCIImyYUKqPYszb2SeBzQcbUoQIp8UOcR5RmrTLODcx6M6WgeK6WxR9bOJNcng2fA/s841/Capture.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="176" data-original-width="841" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvgwSxhzg_d6nnF1cvIMBZYxA-oFfsbsd96AoVGTzPnIOymrYWEhaPT-oSOO6541pbeUWxP4q4FI8G6E70llFqt29w78LyUp_jVlmIk_WZHuCWKFfXWl_2P1gQKRCIImyYUKqPYszb2SeBzQcbUoQIp8UOcR5RmrTLODcx6M6WgeK6WxR9bOJNcng2fA/w640-h134/Capture.JPG" width="640" /></a></div><p></p><div style="text-align: justify;">Sejak SD kita sudah diajarkan tentang penyederhanaan bilangan pecahan. Tabel kanan menjelaskan bagaimana penyederhanaan bilangan pecahan 6/8 yaitu 3/4. Saya yakin kita semua sepakat dengan ini. Time signature (sukat) dituliskan dengan meniru bilangan pecahan pada matematika, lalu bagaimana bisa teori musik menyederhanakan 6/8 menjadi 2/4? Secara matematika ini tidak masuk akal, sehingga teori musik membuat aturannya sendiri tentang penyederhanaan time signature yang mungkin dipahami betul oleh musisi, namun tidak masuk akal oleh matematikawan. Sehingga pernyataan tentang "music is not math" terbukti benar. Komen jika teman-teman punya pendapat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah ini mungkin akan ada bantahan bahwa penulisan time signature "4/4" salah. Penulisan yang benar tanpa menggunakan "per". Perhatikan tabel di bawah :</div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgpXgFTlPgOvu1S7j0qX4BgBFsCPw58FnzNeGPIbT0_SFdQRnYJoy5mozOqJ7BTnQ8WIhyvCwxHpf-reVLj7D8Elx84TBFdd5z4a9MAioYF11EXYXeNAoBc_WnCakwk_FhMT6pLqYd7GmTgGpq5sHDleFBBrD4M6Pml15AhofskdaydPsBViAVk2TrOA/s542/Capture2.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="235" data-original-width="542" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgpXgFTlPgOvu1S7j0qX4BgBFsCPw58FnzNeGPIbT0_SFdQRnYJoy5mozOqJ7BTnQ8WIhyvCwxHpf-reVLj7D8Elx84TBFdd5z4a9MAioYF11EXYXeNAoBc_WnCakwk_FhMT6pLqYd7GmTgGpq5sHDleFBBrD4M6Pml15AhofskdaydPsBViAVk2TrOA/w640-h278/Capture2.JPG" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;">Beberapa musisi meyakini penulisan sukat yang benar seperti pada tabel kanan bukan kiri. Jika kalian saat ini adalah seorang musisi namun dulunya berasal dari jurusan IPA saat masih duduk di bangku SMA, pemahaman matematika dasar kalian perlu dipertanyakan. Saya pernah memperoleh statement ini dari dosen saya sendiri, bahwa penulisan time signature yang benar tanpa "per" seperti tabel kanan. Saya akui beliau adalah seorang yang hebat, namun urusan ini saya angkat bicara bahwa penulisan yang benar adalah yang kiri berdasarkan prinsip matematika dasar (akan saya jelaskan di part 2) dan beliau sempat terdiam sejenak untuk mempertimbangkan kebenaran ini. Jadi, masih sering bilang "MUSIC = MATH"? Pikir ulang ya.</p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-74040998401844310872023-01-06T02:20:00.001+07:002023-01-06T02:21:26.270+07:00Enam Elemen Mixing Audio (Perspektif Lama VS Baru)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpHOw0dEj_-lILYSWplULs7Hn9J1v8WGNBvMX3nqbh9Blx9tvia_zXwEerBVu-eBjEk-q5_iHvpqILHDB4E7WTEBqj8iTyT3D210ZhFV98U4IbQoH0RuXtBR4rljYjLllqifvh9MrqvPvm8ITCQ9FuGh2HKEZ6nQuMSFj7tCEnZgytkqeyGNCzUAN7Ww/s640/Wajib%20Dipahami%20Mixing%20Engineer%20Pemula!%20Enam%20Elemen%20Mixing%20dan%20Dimensinya%20Peter%20de%20Vries%20Guitar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Enam Elemen Mixing Audio (Perspektif Lama VS Baru)" border="0" data-original-height="426" data-original-width="640" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpHOw0dEj_-lILYSWplULs7Hn9J1v8WGNBvMX3nqbh9Blx9tvia_zXwEerBVu-eBjEk-q5_iHvpqILHDB4E7WTEBqj8iTyT3D210ZhFV98U4IbQoH0RuXtBR4rljYjLllqifvh9MrqvPvm8ITCQ9FuGh2HKEZ6nQuMSFj7tCEnZgytkqeyGNCzUAN7Ww/w640-h426/Wajib%20Dipahami%20Mixing%20Engineer%20Pemula!%20Enam%20Elemen%20Mixing%20dan%20Dimensinya%20Peter%20de%20Vries%20Guitar.jpg" title="Enam Elemen Mixing Audio (Perspektif Lama VS Baru)" width="640" /></a></div><p></p><p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak sedikit dari kita yang memulai belajar mixing dengan cara sederhana seperti menggerakkan fader dan knob secara kontras, atau menyalakan/mematikan tombol kemudian membandingkan perbedaannya. Setelah itu, bukannya semakin paham namun semakin bingung, dengan pertanyaan, "fader mana yang harus digerakkan?, knob mana yang harus diputar?, kearah mana fader/knob digerakkan?, apa tombol yang harus diaktifkan?". Ini adalah pertanyaan klasik yang sering ditanyakan oleh para murid <b><a href="https://fisella.com/kursus-mixing-mastering/" target="_blank">Kelas Mixing Mastering saya di Fisella Music Course</a></b>. Untuk menjawab pertanyaan klasik ini, hanya ada satu jawaban, yaitu kenali 6 elemen mixing dan pahami setiap elemen tersebut. Saya tidak akan berlama-lama dengan kalimat pembukaan, simak penjelasan berikut :</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p><br /></p><h3 style="text-align: left;">Elemen dan Analoginya</h3><p style="text-align: justify;">Ketika saya membuka KBBI untuk mencari arti kata elemen, saya cukup terkejut dengan arti pertama dari kata elemen, yaitu "Zat sederhana (tunggal) yang dianggap sebagai komposisi bahan alam semesta (seperti udara, tanah, air, api)", diikuti dengan arti lain yang kira-kira senada. Itu artinya jika kita memandang Mixing sebagai sebuah ilmu pengetahuan, pastinya terdapat berbagai elemen yang membentuk sebuah proses mixing. Saya menganalogikan bagaimana kita menjelaskan apa itu air dalam kacamata ilmu fisika. Air sebagai sebuah senyawa, terdiri atas dua unsur (sebagai elemen) yaitu Hidrogen dan Oksigen pembentuk Air. Tanpa keduanya tidak akan terbentuk air. Penjelasan selanjutnya akan menjelaskan elemen apa saja pembentuk Mixing.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3 style="text-align: justify;">Enam Elemen Mixing Audio</h3><p style="text-align: justify;">Ada enam elemen yang wajib kalian kenal dan pahami. Berikut adalah keenam elemen tersebut :</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Balance</b>, yaitu keseimbangan level volume setiap instrumen atau track yang bertujuan agar semua instrumen atau track memiliki level volume yang seimbang ketika dimainkan bersama.</li><li><b>Panorama</b>, letak sumber suara (instrumen atau suara lainnya) pada umumnya kanan/kiri/tengah dalam stereo mixing.</li><li><b>Frequency</b>, menggambarkan rentang frekuensi dan karakter frekuensi yang terdapat pada sebuah instrumen.</li><li><b>Dimensi</b>, seberapa meruang sebuah track atau sebuah proyek mixing terdengar.</li><li><b>Dinamika</b>, rentang bagian terpelan dan terkeras pada setiap atau semua instrumen/track pada sebuah proyek mixing.</li><li><b>Interest</b>, terkait dengan tujuan, referensi, titik ketertarikan dari sebuah proyek musik.</li></ul><div style="text-align: justify;">Mungkin disini saya menjelaskan secara general karne untuk memahami setiap elemen diperlukan diskusi dan latihan secara kontinu dan bertahap. Kalian bisa join kelas saya di <a href="https://fisella.com/kursus-mixing-mastering/" style="font-weight: bold;" target="_blank">Kelas Mixing Mastering saya di Fisella Music Course</a>. Kalian akan mendapatkan penjelasan yang lebih detail dengan pendekatan teknis dan non-teknis (pendekatan seni).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><br /><h3 style="text-align: left;">Perspektif Lama tentang Enam Elemen Mixing Audio</h3><p></p><p style="text-align: justify;">Sejak pertama saya memutuskan untuk belajar mixing audio kira-kira tahun 2011 di berbagai tempat, dengan berbagai guru, hingga tahun 2022 lalu saya membeli sebuah kelas di salah satu platform E-Learning, keenam elemen ini sangat penting, namun setiap elemen seolah tergambarkan sebagai pilar-pilar yang terpisah satu sama lain untuk menopang sebuah tujuan yang disebut "mixing". Jika digambarkan seperti ilustrasi di bawah :</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBzYt8yTCBBQlMlfAZwQ64aFqdaiIpN_33Z_20iNTA1SK6mIFM6KWDZIPKfG07jzP_B3kpKsx52vxeXk4fPf5e6U9FSpp0BBIDX43SVrYLDODAT9TM51_Usovs-tUz4SJCQm2VI9dTkpItpHE4olM4uzPkF4DTSHNkHEaf5Qt8JK8W_3EuJFOaKnjX0A/s1080/Enam%20Elemen%20Mixing%20Audio%20(Perspektif%20Lama%20VS%20Baru).jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Enam Elemen Mixing Audio (Perspektif Lama VS Baru)" border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBzYt8yTCBBQlMlfAZwQ64aFqdaiIpN_33Z_20iNTA1SK6mIFM6KWDZIPKfG07jzP_B3kpKsx52vxeXk4fPf5e6U9FSpp0BBIDX43SVrYLDODAT9TM51_Usovs-tUz4SJCQm2VI9dTkpItpHE4olM4uzPkF4DTSHNkHEaf5Qt8JK8W_3EuJFOaKnjX0A/w640-h640/Enam%20Elemen%20Mixing%20Audio%20(Perspektif%20Lama%20VS%20Baru).jpg" title="Enam Elemen Mixing Audio (Perspektif Lama VS Baru)" width="640" /></a></div><p></p><div style="text-align: justify;">Perspektif ini tentunya tidak salah, karena tanpa adanya sebuah pilar, maka tujuan mixing tidak akan tercapai. Contohnya, mana mungkin kita tidak melakukan balancing setiap track/instrumen, baik dengan menggunakan fader atau dari awal sudah melakukan pengaturan mic (pada live recording misalnya). Namun saya cukup heran dengan sebuah buku yang menggambarkan perspektif elemen mixing dengan cara yang berbeda. Buku ini berjudul Mixology dari Midisic. Penjelasannya ada pada sub judul berikutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><h3>Perspektif Baru Enam Elemen Mixing Audio pada Buku Mixology dari Midisic</h3><div style="text-align: justify;"><p style="text-align: left;"></p><p>Setelah cukup bosan dengan berbagai macam kelas yang menggambarkan elemen mixing audio dengan cara yang sama, di tahun 2022 saya menemukan perspektif yang cukup segar dalam menggambarkan mixing. Yaitu dengan membagi keenam elemen tersebut kedalam dua dimensi yang berbeda yaitu <u>Dimension of Sound dan Dimension of Music</u>. Berikut adalah ilustrasi kedua dimensi tersebut dalam buku Mixology :</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKRbfZssOsMohR91H9bpkFMZUz6MFdqr3perIyRwkzHB4r6mLs_OCN8oam7HVVwV2W0FRHNbwA2JMp-iaTNILKeO4evCjMNWjpVy0zDzHuUn7jL-o2gDL4GN90pst_pZgssSdpZ39SXV5e-fNCZvPu_Cb-IY5WCq3DF6sRxLa-r6VIhKwUEjojJNDa8w/s1331/Elemen%20Mixing%20Audio.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="631" data-original-width="1331" height="304" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKRbfZssOsMohR91H9bpkFMZUz6MFdqr3perIyRwkzHB4r6mLs_OCN8oam7HVVwV2W0FRHNbwA2JMp-iaTNILKeO4evCjMNWjpVy0zDzHuUn7jL-o2gDL4GN90pst_pZgssSdpZ39SXV5e-fNCZvPu_Cb-IY5WCq3DF6sRxLa-r6VIhKwUEjojJNDa8w/w640-h304/Elemen%20Mixing%20Audio.JPG" width="640" /></a></div><br /><p>Dalam buku ini Midisic menjelaskan bahwa sebuah audio (suara atau bunyi) memiliki dua kedudukan yaitu sebagai sound kaitannya sebagai sonik dan sebagai musik yang erat dengan seni. Ijinkan saya tidak hanya mengulas, namun juga menginterpretasikan kedua dimensi ini dengan bahasa yang sederhana beserta analoginya. Saya juga membuka ruang diskusi di ruang komentar bagi rekan-rekan pembaca.</p></div><p></p><div style="text-align: justify;"><ul><li><b>Dimension of Sound</b> menggambarkan bagaimana sebuah audio diolah secara teknis dengan berbagai formula (dalam digital mixing dapat menggunakan plugins). Contohnya terdapat sebuah audio yang dianalisa apa rentang frekuensinya, akan dilakukan filtering seperti apa dengan equalizer, dimana letak audio tersebut, seberapa besar reverb yang digunakan untuk menggambarkan ruang.</li></ul><ul><li>Disisi lain buku ini menjelaskan bahwa <b>Dimension of Sound </b>dalam<b> </b>mixing adalah sebuah proses kreatif yang mengutamakan seni, mengutip kalimat <i>"Consider mixing as an art. There's nothing like a formula that I can give you like turn this down, or turn this up, and at the end, you'll have a great sounding mix, but there are certain things that we will do in order to make things sound better that are usually true in most cases. But in order to make a great sounding mix, you're gonna have to work in the same way that a painter works."</i> pada buku tersebut di halaman 49.</li></ul><div>Analogi sederhananya seperti ini. Untuk menjadi juru masak, kita diwajibkan mengenal segala jenis bumbu dapur, bahan, dan juga alat. <b>Dimension of Sound </b>dianalogikan seperti seorang juru masak yang harus tahu rasa dari setiap bumbu dapur, rasa dari bahan, dan juga cara penggunaan alat dalam memasak. Dimensi ini jelas sangat terukur bahkan dapat dipahami/dijelaskan dengan logis. Namun perihal bagaimana bumbu A bertemu B untuk mengolah bahan C yang dimasak dengan teknik D menggunakan alat E, adalah analogi dari <b>Dimension of Sound</b>.</div></div><p></p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-51881041295581257132023-01-02T15:31:00.005+07:002023-01-06T01:55:52.971+07:00Bikin Musik dengan Smartphone di 2023? Pakai 3 Apps Profesional Ini<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGiQ3c4XZboHjFsV-RVeTalwbZyvZQ6lh-9KiojmNcIF1p1cZtfTQYhQ8D2gqsQsslBM5ADEhvkXl0k2538AJZTyxE5IENjCagJxDfS3AdOxssKONRAqkaKNX4xrv_gK0F4rgwPmr9gcow2CtulMn2BVxLGKnbq02WBkUJUmSXYDdZTviC-BDZhis-Ig/s640/Bikin%20Musik%20dengan%20Smartphone%20Pakai%202%20Aplikasi%20Profesional%20Ini.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Bikin Musik dengan Smartphone di 2023? Pakai 3 Apps Profesional Ini" border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGiQ3c4XZboHjFsV-RVeTalwbZyvZQ6lh-9KiojmNcIF1p1cZtfTQYhQ8D2gqsQsslBM5ADEhvkXl0k2538AJZTyxE5IENjCagJxDfS3AdOxssKONRAqkaKNX4xrv_gK0F4rgwPmr9gcow2CtulMn2BVxLGKnbq02WBkUJUmSXYDdZTviC-BDZhis-Ig/w640-h428/Bikin%20Musik%20dengan%20Smartphone%20Pakai%202%20Aplikasi%20Profesional%20Ini.jpg" title="Bikin Musik dengan Smartphone di 2023? Pakai 3 Apps Profesional Ini" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><div style="text-align: justify;">Rekaman audio semakin mudah seiring dengan kemajuan teknologi baik hardware maupun software. Perekaman audio secara analog (fisik) mulai tersisih akibat masuknya perangkat digital seperti komputer. Tidak hanya itu, perusahaan pengembang software perekam dan pengolah audio (Digital Audio Workstation) mengembangkan produknya untuk perangkat yang lebih ringkas seperti laptop bahkan saat ini pada perangkat mobile seperti tablet dan smartphone. Nah kali ini saya akan memberikan dua saran aplikasi pembuat musik untuk smartphone yang bisa kalian pakai :</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><span><a name='more'></a></span><p></p><h3 style="text-align: left;"><a href="https://www.bandlab.com/" target="_blank">BandLab</a></h3><p style="text-align: justify;">BandLab platform musik berbasis sosial. Disebut demikian karena BandLab dapat dioperasikan melalui smartphone dan browser dengan fitur pertemanan dengan pengguna lain untuk membagi karyamu. Kalian bisa menggunakan BandLab secara gratis untuk memulai pembuatan musik dengan smartphone. Saat ini BandLab tersedia di Google Play Store untuk pengguna Android dan App Store untuk pengguna Apple.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p></p><h3 style="text-align: justify;"><a href="https://www.image-line.com/fl-studio-mobile/" target="_blank"><b>FL Studio Mobile</b></a></h3><div style="text-align: justify;">Pastinya kalian tidak asing dengan nama produk yang satu ini jika kalian mengikuti perkembangan dunia pembuatan musik secara digital. FL Studio telah merilis produk versi mobile sejak 2011 dan pada 2022 ini FL Studio Mobile telah dikembangkan hingga versi keempat. Pengguna FL Studio Mobile juga bisa membagikan proyeknya kepada pengguna FL Studio versi Desktop. Namun produk ini tidak dibagikan secara gratis, tetapi harganya terbilang terjangkau karena hanya berkisar Rp 40.000an saja dengan pajak. FL Studio tersedia lebih lengkap di Google Play Store untuk pengguna Android, App Store untuk pengguna Apple, Microsoft Store untuk pengguna Windows, dan App Gallery untuk pengguna Huawei.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p><h3 style="text-align: justify;"><a href="https://www.soundtrap.com/" target="_blank">Soundtrap</a></h3><p style="text-align: justify;">Terakhir ada Soundtrap dari Spotify. Jujur saja saya belum pernah menggunakannya, namun saya rasa ini cukup baik jika nantinya komunitas Soundtrap berkembang di Indonesia. Mirip dengan BandLab, Soundtrap juga menawarkan pembuatan musik secara online melalui browser. Terdapat beberapa harga yang ditawarkan Soundtrap yang bisa disesuaikan dengan kantong pengguna.</p><p style="text-align: justify;">Nah itu tadi saran aplikasi pembuat musik di smartphone yang bisa kalian gunakan. Kira-kira kamu pilih yang mana ya? BandLab, FL Studio Mobile, atau Soundtrap?</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: center;"><a href="https://fisella.com/kursus-produksi-musik/" target="_blank">Kursus Produksi Musik</a> atau <a href="https://fisella.com/kursus-mixing-mastering/" target="_blank">Kursus Mixing Mastering</a> dari Pemula, Join <a href="https://fisella.com/semua-kursus-musik/" target="_blank">FisellaMusic Course</a>!</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4wgWopYDtjMJIAHMIZt-sHHRz1Is4nSmRkF3OsIe3IQL2c6on1LsBVa-iJOIPapK_V3i_RynQPE4CmOp0JWdjuqqwbjfiYoLAkFdZq3uUiqPSYdupodBkyerdebZnjfQ5zgvY4RJxYJS3N9Fsem6ZTP4vVxEbq498KRahgxJo3V6Srjt--R1KSynb/s700/Kursus%20Mixing%20Mastering%20dan%20Music%20Production%20Fisella%20Music%20Course.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kursus Mixing Mastering dan Music Production Fisella Music Course" border="0" data-original-height="350" data-original-width="700" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4wgWopYDtjMJIAHMIZt-sHHRz1Is4nSmRkF3OsIe3IQL2c6on1LsBVa-iJOIPapK_V3i_RynQPE4CmOp0JWdjuqqwbjfiYoLAkFdZq3uUiqPSYdupodBkyerdebZnjfQ5zgvY4RJxYJS3N9Fsem6ZTP4vVxEbq498KRahgxJo3V6Srjt--R1KSynb/w640-h320/Kursus%20Mixing%20Mastering%20dan%20Music%20Production%20Fisella%20Music%20Course.jpg" title="Kursus Mixing Mastering dan Music Production Fisella Music Course" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div style="text-align: justify;"><br /></div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-49266133595920424402022-12-05T12:55:00.003+07:002022-12-05T13:05:05.575+07:00Menentukan Ukuran Gitar yang Sesuai dengan Usia<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkYe0kbnQkmAp2F-koUBUVRzSzVXW6XSTXoBSOcwpakqIyFCinROz15FL7dkc7eowCjCmQOhj0m1c1MQLbd-OCM4JEZr5YGA-Rmxzul8LacWx4YdfF9ejJsN5ohq6C1MdK0N40LPIkVNDlUFubtLcb6R62Ro-0Zhst_J9uMGSp5pFo-GzeFSakbrATAA/s700/Ukuran%20Gitar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Membeli Ukuran Gitar yang Sesuai dengan Usia" border="0" data-original-height="396" data-original-width="700" height="362" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkYe0kbnQkmAp2F-koUBUVRzSzVXW6XSTXoBSOcwpakqIyFCinROz15FL7dkc7eowCjCmQOhj0m1c1MQLbd-OCM4JEZr5YGA-Rmxzul8LacWx4YdfF9ejJsN5ohq6C1MdK0N40LPIkVNDlUFubtLcb6R62Ro-0Zhst_J9uMGSp5pFo-GzeFSakbrATAA/w640-h362/Ukuran%20Gitar.jpg" title="Membeli Ukuran Gitar yang Sesuai dengan Usia" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><div style="text-align: justify;">Halo semuanya, siapa disini yang ingin membeli gitar buat anak, saudara, adik, atau bahkan dirimu sendiri, tapi bingung soal ukurannya? Pada artikel kali ini saya akan bahas secara singkat berbagai macam ukuran gitar sesuai dengan usianya.</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p><br /></p><h3><b>Ukuran Gitar</b></h3><p style="text-align: justify;">Nah, jika kalian sudah melihat gambar di atas, sebenarnya gitar memiliki berbagai macam ukuran, mulai dari ukuran penuh hingga ukuran seperempat. Namun ukuran gitar yang lazim kita temukan dipasaran hanyalah gitar ukuran penuh, ukuran tiga per empat, dan setengah.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3><b>Menentukan Ukuran yang Pas</b></h3><p style="text-align: justify;">Sebagai guru gitar, ada dua cara untuk menentukan ukuran apa yang cocok untuk murid saya. Yang pertama bedasarkan usia, yang kedua berdasarkan tinggi dan panjang jari seseorang. Biasanya gitar ukuran penuh dipakai oleh anak usia 11 tahun ke atas, gitar tiga perempat dipakai anak usia 7-11 tahun, dan gitar ukuran setengah dipakai oleh anak usia 5-7 tahun. Namun alangkah baiknya jika anda atau anak yang akan dibelikan gitar diminta mencoba gitar semua tersebut dan tanyakan mana yang ternyaman. Misal ada anak usia 9 tahun dan merasa gitar ukuran setengah paling nyaman, sarankan untuk minimal menggunakan ukuran tiga perempat, karena kedepannya panjang dan ukuran jari mereka akan berkembang sehingga ukuran setengah menjadi tidak nyaman lagi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3>Saran</h3><p style="text-align: justify;">Saran lain adalah, jika memungkinkan beli 1 size di atasnya, misal anak usia 9 tahun sarankan pakai gitar ukuran full size. Hal ini cukup baik untuk segera menyesuaikan dengan gitar ukuran penuh. Namun ini hanya sekedar saran, tidak untuk dipaksakan.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h3>Pertimbangan Tuning dan Timbre</h3><p style="text-align: justify;">Perbedaan ukuran menyebabkan perbedaan tuning dan timbre (warna suara) pada gitar. Gitar ukuran full dan tiga perempat dapat dituning standar (EBGDAE), namun gitar ukuran setengah yang disebut juga guitalele (gitar ukuran ukulele) memiliki tuning (AECGDA), bagi pemula hal ini akan membuat kita kesulitan untuk berkolaborasi dengan gitar ukuran standar. Karena rongga akustik gitar setengah, tiga per empat dan penuh berbeda, warna suara yang dihasilkan juga akan berbeda. Gitar ukuran penuh memiliki keseimbangan rentang frekuensi bass, middle dan treble yang lebih baik daripada ukuran lainnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Yuk belajar gitar secara online (seluruh Indonesia) atau home service (khusus Yogyakarta) di <a href="https://fisella.com" target="_blank">Fisella Music Course</a>. Belajar gitar mulai dari nol, dibimbing dengan mentor profesiobal dan berkualitas.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Picture by guitarstation.org</p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-52053525823176468212021-12-08T06:20:00.005+07:002021-12-08T06:20:55.600+07:00Karakteristik dan Bentuk Musik Era Renaisans<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyZhT97yG5ancl6zfLhOxlGS51c6F4jKtB0MxWGNqlqgcyCbda8cG_bWF3nUksBifvea47qEVY0pP-8qCSmXYvv0Nb3d8SuBINbfRbe9CF6Jxq8iPq-xVdohE7reLuOGPV1LrzO0ZgDJ9R/s648/photo-1633592498337-cbec7c3ebcd3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="471" data-original-width="648" height="466" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyZhT97yG5ancl6zfLhOxlGS51c6F4jKtB0MxWGNqlqgcyCbda8cG_bWF3nUksBifvea47qEVY0pP-8qCSmXYvv0Nb3d8SuBINbfRbe9CF6Jxq8iPq-xVdohE7reLuOGPV1LrzO0ZgDJ9R/w640-h466/photo-1633592498337-cbec7c3ebcd3.jpg" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Mendengar kata Renaisans, maka istilah ini tidak akan lepas dari bidang ilmu filsafat dan kesenian. Sebelum kita masuk dalam pembahasan dan ulasan musik renaisans, mari kita pahami dulu terminologi dari kata Renaisans. Menurut Britannica Encyclopaedia renaisans berasal dari Perancis yang berarti "kelahiran kembali” yang mengacu pada periode tertentu dalam peradaban Eropa yang ditandai dengan kebangkitan pembelajaran dan kebijaksanaan dari Era Kuno. Pada Era Renaisans terdapat banyak kontribusi pada berbagai bidang seperti pengetahuan ilmiah baru, bentuk seni dan arsitektur, dan konsep agama dan politik (Britannica Encyclopaedia, 2021).</p><p><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;">Periode musik Era Renaisans berlangsung sekitar tahun 1400 hingga 1600. Era sejarah musik Renaisans datang secara signifikan lebih lambat dari era seni Renaisans, yang bisa dibilang memuncak selama abad keempat belas dan kelima belas, namun musik Era Renaisans terbukti sama kuatnya. Pada era ini terbagi atas tiga periode yaitu awal Renaisans, tengah Renaisans, dan akhir Renaisans. Periode Renaisans memunculkan bentuk musik seperti motet, madrigale spirituale, misa, dan laude, yang masuk dalam kategori musik liturgi. Musik sekuler juga mendapat tempat setara dengan musik liturgi di Era Renaisans, dimana bentuk musik sekuler seperti motet dan motet-chanson sekuler, madrigal sekuler, villancico, frottola, rondo, balada, lagu untuk lute, dan canzonetta (Masterclass, 2020).</p><p style="text-align: justify;">Untuk mengetahui lebih dalam tentang musik Era Renaisans, kita harus memahami dulu karakter musiknya. Menurut Richard Fuller karakteristik Musik Era Renaisans antara lain :</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li>Tangga nada berdasarkan modes.</li><li>Jalur musik lebih kaya karena biasanya terdiri dari empat bagian atau lebih. Bagian bass ditambahkan di bawah tenor.</li><li>Terdapat interval yang bersifat memadukan secara harmoni daripada gerakan kontra (kontrapung).</li><li>Harmoni berfokus pada progresi akor.</li><li>Musik Gereja : Beberapa karya merupakan musik yang disajikan secara 'a cappella'. Banyak motif imitasi, beberapa musik gereja disertai dengan instrumen.</li><li>Musik sekuler : Terdapat banyak karya untuk vokal, tarian, dan instrumental.</li><li>Warna nada pada alat musik Renaisans mengandung rumpun instrumen yang bervariatif (Richard Fuller, 2010).</li></ul><p></p><div><br /></div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-81772429680924929562021-12-08T06:16:00.000+07:002021-12-08T06:16:00.761+07:00Karakteristik dan Bentuk Musik Era Barok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKnYDrfe082FWpSrRbZssh0y6DKdtFY8AJCX5iKIPvgTrRRK8-SbJ3kNvDcswwzy5UFwHpp9lRvjn9JC_UGre_xq0t9-f-0VVm3thFSDjw9hg9MMimW7sZbVkkfqkW27tBCPdalMuueirq/s650/photo-1561657591-55c52f525fac.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="433" data-original-width="650" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKnYDrfe082FWpSrRbZssh0y6DKdtFY8AJCX5iKIPvgTrRRK8-SbJ3kNvDcswwzy5UFwHpp9lRvjn9JC_UGre_xq0t9-f-0VVm3thFSDjw9hg9MMimW7sZbVkkfqkW27tBCPdalMuueirq/w640-h426/photo-1561657591-55c52f525fac.jpg" width="640" /></a></div><br /><p></p><div style="text-align: justify;">Dalam pengklasifikasian era musik, Barok merupakan era setelah Renaisans, kira-kira abad ke-17 dan awal abad ke-18 dan yang menampilkan banyak karya musik yang lebih mendetail (Merriam Webster Dictionary, 2021). Salah satu komposer fenomenal pada era ini adalah Johann Sebastian Bach, Antonio Vivaldi, Alessandro Scarlatti, Handel, dan lain sebagainya. Secara terminologi istilah Barok berasal dari bahasa Portugis “barroco” yang berarti mutiara berbentuk aneh istilah "barok" baru digunakan secara luas sejak abad kesembilan belas (Music of the Baroque, 2021).</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p style="text-align: justify;">Walaupun periode musiknya cukup lama (sekitar 150 tahun) tidak satupun filosofi yang tepat untuk menggambarkan Barok secara simbolis. Namun musik bergaya Barok dapat dilihat dari karakteristiknya sebagai berikut :</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;">Kontras untuk menggambarkan elemen yang dramatis.</li><li>Munculnya konsep monodi dan basso continuo.</li><li>Suara instrumental yang mulai beragam.</li><li>Tidak ada standar frekuensi nada.</li><li>Timbre harpsichord sebagai ciri khas.</li><li>Kemampuan virtuoso mulai dinampakkan.</li></ul><p></p><p style="text-align: justify;">Bentuk musik yang ditemukan pada era Barok adalah Opera, Oratorio, Cantata, Sonata, Concerto, dan Suite (Music of the Baroque, 2021).</p><p style="text-align: justify;"> </p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-8027465307714012342021-11-22T09:37:00.002+07:002021-11-22T11:45:12.904+07:00Memahami Harmoni dan Melodi Lebih Dalam<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6wJOOSUsvCUZWop0pXqdtlQlHGf7IeVdNd9PGD2shfPueLd-9b5iC6ycIS_60i5vfXnuIaNpj9eqGJa1w3vCZHQvwoK3PliFF9V52rLLoj237RpHkELN83yXLDFgegbr9RE_rcTijOA_/s600/peterdevriesguitar+harmoni+dan+melodi.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC6wJOOSUsvCUZWop0pXqdtlQlHGf7IeVdNd9PGD2shfPueLd-9b5iC6ycIS_60i5vfXnuIaNpj9eqGJa1w3vCZHQvwoK3PliFF9V52rLLoj237RpHkELN83yXLDFgegbr9RE_rcTijOA_/w640-h426/peterdevriesguitar+harmoni+dan+melodi.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Pembahasan tentang harmoni dan melodi dalam musik memang tidak pernah selesai dalam sekali pembahasan. Baik dalam ranah musisi amatir, profesional, praktisi, dan akademisi, pembahasan tentang harmoni dan melodi selalu punya ruang untuk dieksplorasi. Pada dasarnya baik harmoni dan melodi merupakan unsur musik yang penting dan dipertimbangkan diantara unsur musik lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai insan intelektual berupaya menggali lebih dalam dua unsur musik ini, baik dalam pendekatan logika maupun estetika. Sebelum melanjutkan pembahasan tentang pemahaman saya terkait harmoni dan melodi, kita perlu mengetahui dahulu terminologi dari harmoni dan melodi berdasarkan sumber terpercaya.</span></div><span style="font-family: inherit;"><span><a name='more'></a></span></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Merriam Webster memaknai harmoni sebagai kombinasi nada musik yang berbeda dan dimainkan atau dinyanyikan pada saat yang bersamaan untuk menghasilkan suara yang indah didengar. Berdasarkan sumber yang sama melodi diartikan sebagai urutan atau susunan suara yang indah atau menyenangkan. Makna lain melodi juga diartikan sebagai susunan ritmis dari nada-nada tunggal yang diatur sebagai obyek estetika. Melalui pandangan dari Merriam Webster sebenarnya sudah cukup untuk memaknai harmoni dan melodi, namun sebagai mahasiswa musik kita diberi ruang yang lebih bebas untuk menerjemahkan kedua unsur musik ini bahkan pada perspektif yang lebih dalam.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Sebagaimana kita tahu harmoni dan melodi merupakan sebuah obyek yang bisa dipandang sebagai obyek konkret maupun abstrak. Bagaimana bisa, mari kita pahami lebih dalam. Obyek konkret merupakan obyek yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia sedangkan obyek abstrak merupakan obyek yang hanya ada di pikiran kita tanpa harus membuktikannya secara inderawi. Harmoni dan melodi jika dipandang sebagai gelombang bunyi yang mampu ditangkap oleh telinga maka keduanya dapat dianggap sebagai obyek konkret, namun jika harmoni dan melodi dipandang menggunakan kacamata seni, maka harmoni dan melodi merupakan obyek abstrak.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Harmoni dan melodi ditransformasikan dalam metafora spasial (visual) agar dapat ditulis di paranada sebagai media dua dimensi. Beberapa ahli memaknai harmoni sebagai susunan nada secara vertikal dan melodi secara horizontal. Kita sebagai pemikir diperbolehkan berandai-andai jika baik harmoni dan melodi tidak bisa dipandang sesederhana perspektif dua dimensi saja. Berangkat dari mempelajari teori musik modern seperti teori musik spasial dan teori musik transformasi geometri, baik harmoni dan melodi tidak terbatas akan kartesius x dan y seperti yang dibicarakan para teoretikus musik Klasik (konvensional). Kita boleh saja menganggap harmoni dan melodi ditempatkan pada sumbu z pada dimensi ketiga (susunannya ke dalam) atau bahkan ditempatkan pada dimensi imajiner yang lebih tinggi. Selain itu kita juga tidak bisa seenaknya menganggap A4 lebih tinggi dari C4 hanya karena frekuensi A4 lebih besar jika diterjemahkan dalam desimal. Pada prinsip musik spasial berdasarkan Sound Pressure Level yang dikemas dalam Fletcher Munson Curve, justru nada-nada yang berada di range frekuensi 2000 sampai 5000Hz justru memiliki tingkat kejelasan yang lebih tajam dibandingkan nada pada frekuensi di atas 5000Hz. Opini saya terkait bagaimana harmoni dan melodi dianalogikan sebagai susunan horizontal dan vertikal hanya untuk mempermudah manusia dalam memahami dan mentransfer pemahaman antar manusia, dan juga adanya keterbatasan media tulis dan kemampuan manusia sehingga musik yang tadinya imajiner divisualisasikan dalam media kertas/layar dua dimensi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: inherit;">Perdebatan mana yang lebih dahulu antara melodi dan harmoni bagi saya tidak akan pernah menemukan titik terang yang teramat jelas. Walaupun Hegel telah berpendapat bahwa melodilah yang terdahulu berdasarkan sejarah musik abad pertengahan dan renaisans, namun Hegel lupa bahwa pada sejarah musik Yunani kuno ditemukan berbagai artefak yang menggambarkan lyra sebagai instrumen dengan berbagai senar, membuktikan manusia telah mengeksplorasi harmoni jauh sebelum abad pertengahan dan renaisans. Belum lagi bagaimana Pythagoras pada 300SM meneliti rasio interval konsonan yang berarti harmoni telah dipertimbangkan pada era tersebut.</span></p><div><br /></div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-25759754245562349832021-09-16T14:50:00.006+07:002021-09-16T14:50:54.145+07:00Estetika Musik, Sebuah Sudut Pandang dalam Memaknai Musik <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsS7pNC2ob2HQbcRV1aEA8JBPhzgk4UfMZ47dVu1QHChmBqx-aCCbH9OleXXVUcsWlm53H_9j9HuebeINE-5U3ghtyQ5VjUjAD_hWc7w3SWvwuP2DUVTLIIHhPS8JgNkb37pJDvyg7BKSF/s700/photo-1421757350652-9f65a35effc7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Estetika Musik, Sebuah Sudut Pandang dalam Memaknai Musik" border="0" data-original-height="465" data-original-width="700" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsS7pNC2ob2HQbcRV1aEA8JBPhzgk4UfMZ47dVu1QHChmBqx-aCCbH9OleXXVUcsWlm53H_9j9HuebeINE-5U3ghtyQ5VjUjAD_hWc7w3SWvwuP2DUVTLIIHhPS8JgNkb37pJDvyg7BKSF/w640-h426/photo-1421757350652-9f65a35effc7.jpg" title="Estetika Musik, Sebuah Sudut Pandang dalam Memaknai Musik" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Musik, sebuah obyek abstrak yang seolah tidak lepas kaitannya dengan estetika, atau mudahnya disebut dengan keindahan. Bahkan kita sebagai manusia rela meluangkan waktu, pikiran, dan uang "hanya untuk sekedar" mendengarkan musik, contohnya saat kita rela antre mendapatkan tiket konser musik. Sebagai salah satu obyek yang menghasilkan keindahan, musik membuktikan bahwa sesuatu yang indah tidak hanya yang berasal dari alam semesta ciptaan Tuhan, dan sebagai sebuah obyek keindahan artifisial, musik mampu menghadirkan bentuk keindahan "yang lain", tidak untuk menyaingi keindahan alam karya yang Esa.</p><p><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;">Ketika sebuah frase "Estetika Musik" kerap terdengar di telinga kita, baik sebagai musisi maupun awam, mungkin akan menimbulkan pertanyaan filosofis tentang apa itu musik, apa itu estetika, dan apa itu estetika musik. Pada artikel ini saya akan memberikan sedikit jawaban atas tiga pertanyaan ini, tidak hanya yang bersumber dari para ahli namun juga hasil dari pemikiran dan perenungan saya pribadi.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Musik</b></span></p><p style="text-align: justify;">Merriam Webster sebagai salah satu kamus ternama di dunia memaknai musik sebagai sebuah ilmu atau seni yang mengatur bunyi dan suara dalam urutan tertentu, kombinasi tertentu, serta keterkaitan antar nada/bunyi tersebut untuk menghasilkan komposisi secara utuh dan berkelanjutan. Sedangkan Oxford Dictionary mengartikan musik sebagai bunyi yang disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan atau menarik untuk didengarkan. Manusia menghasilkan musik melalui nyanyian (vokal) atau dari instrumen. Melalui pengertian esensial yang diartikan oleh kedua kamus besar tersebut, saya menggarisbawahi bahwa musik merupakan sebuah karya dari manusia yang obyek utamanya disusun oleh suara (berasal dari suara makhluk hidup, dalam hal ini manusia) dan bunyi (dari instrumen atau benda mati) dan terorganisasi serta sistematis dengan tujuan menghasilkan keindahan auditori yang dapat dinikmati manusia. Jika musik adalah sebuah karya yang keindahan, berarti musik ada karena unsur kesengajaan untuk membuat suara dan bunyi menjadi indah. Sehingga sudut pandang yang menganggap suara air hujan, suara detik jam, dan lainnya dimaknai sebagai musik harus dipertanggungjawabkan, sehingga tidak menimbulkan bias tentang makna dari musik itu sendiri.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><b><span style="font-size: x-large;">Estetika</span></b></p><p style="text-align: justify;">Sedikit menjelajahi Cambridge Dictionary, estetika diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan kenikmatan atau studi keindahan, atau menunjukkan keindahan yang luar biasa pada sebuah obyek. Jika estetika digambarkan dalam dua kutub yang saling berlawanan maka estetika dapat dinilai dari indah atau tidak indahnya sebuah obyek, baik obyek konkret maupun abstrak. Kita tidak bisa menilai estetika dengan pemahaman benar/salah seperti pada konsep logika, sekalipun dengan menerapkan kebenaran demokrasi. Indah atau tidaknya sebuah obyek merupakan buah pikir manusia sehingga gagasannya yang relatif subyektif wajib kita hargai.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Estetika Musik</b></span></p><p style="text-align: justify;">Jika kita telah memahami terminologi dari estetika dan musik, seharusnya kita jauh akan memahami arti dari frase ini. Estetika musik berarti bagaimana kita memandang musik sebagai sebuah obyek material dengan pendekatan estetika sebagai obyek formalnya. Pertanyaan filosofis yang akan muncul pada estetika musik sperti, "indahkah musik yang kita dengar saat ini?","megapa musik ini begitu indah?" dan sebagainya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p>Artikel ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Estetika Musik, Program Studi Musik, ISI Yogyakarta, Semester Gasa, Tahun Ajaran 2021/2022.</p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-3816532319486162802021-05-16T08:00:00.031+07:002021-05-16T08:00:00.179+07:00Ubah Paradigmamu untuk Mempelajari Modes<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG1btmW_SbmwNbGcGsegePQYrmW0_mscsTh2-Tkhn-KJe1J_0M3GMo9LjoozXUusnz7BXVYrIaLSnNThxS9A9MONcAPJpzqJ9ECck6vuPxdmzg8B-CjvNB7k2JtKMZwglQ3w084hc7oZYH/s699/peter+de+vries+guitar+belajar+modes+pada+gitar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Paradigma yang Harus Diubah dalam Mempelajari Modes" border="0" data-original-height="374" data-original-width="699" height="342" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG1btmW_SbmwNbGcGsegePQYrmW0_mscsTh2-Tkhn-KJe1J_0M3GMo9LjoozXUusnz7BXVYrIaLSnNThxS9A9MONcAPJpzqJ9ECck6vuPxdmzg8B-CjvNB7k2JtKMZwglQ3w084hc7oZYH/w640-h342/peter+de+vries+guitar+belajar+modes+pada+gitar.jpg" title="Paradigma yang Harus Diubah dalam Mempelajari Modes" width="640" /></a></div><br /><p></p><div style="text-align: justify;">Bagi gitaris level menengah hingga profesional pastinya tidak akan asing dengan istilah modes. Entah seberapa pentingnya pembahasan tentang modes, yang jelas para gitaris besar sering sekali menyebutkan istilah ini dalam improvisasi dan komposisi musiknya. Bagi teman-teman yang belum mengerti modes silahkan mampir ke artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2016/09/mengenal7modes.html"><b>Mengenal “Seven of Modes”</b></a> yang saya tulis lima tahun lalu. Secara teori modes terlihat sangat mudah, namun tidak sedikit gitaris yang merasa frustasi ketika mengimplementasinya.</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p style="text-align: justify;">Jika kalian pernah merasa frustasi dalam mempelajari modes, TENANG! Kalian nggak sendirian. Pada tahun-tahun awal penggunaan modes dalam improvisasi, saya juga pernah merasakan betapa sulit menerapkannya, padahal secara teori, saya benar-benar sudah hafal diluar kepala. Akhirnya saya menemukan titik terang mengapa modes cukup sulit dipahami, dan permasalahannya hanya pada konsep berpikir kita yang salah. Mari kita bahas!</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Mengenal Tonalitas</b></span></p><p style="text-align: justify;">Britannica mengartikan tonalitas (tonality) sebagai sebuah prinsip dalam komposisi musik dimana erat dan berkaitan dengan nada sentral yang disebut tonika. Pada umumnya, musik Barat atau non-Barat selalu kembali atau berpatokan pada nada sentral. Prinsip tonalitas ini dapat diimplementasikan dalam penggunaan notasi dan akor, cara pandang ini kira-kira muncul pada 1650 sampai 1900an dan terus digunakan hingga saat ini.</p><p style="text-align: justify;">Saya akan memberikan contoh konkret bagaimana musisi berpikir secara tonalitas. Saya rasa kita semua pernah mendengar para musisi bertanya nada dasar dari sebuah repertoar atau lagu, ini adalah salah satu contoh penggunaan prinsip tonalitas dalam bermusik, walaupun belum sepenuhnya benar. Perhatikan melodi di bawah dan coba tebak nada dasarnya</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQqK4bep5J1PlSRi18QFLMZA1tW0vGmdB2eUcUj0OdpqnrQxrJA9aum5C8jKGJvLSIVuw33ZMfGD-l1t9tLQsoAhlB8l204tHAtVJ3Fou0ccaJeRy8IBiMQxUcD2qzIpf0RGpnA2QzpNVG/s1622/ex+1.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="179" data-original-width="1622" height="70" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQqK4bep5J1PlSRi18QFLMZA1tW0vGmdB2eUcUj0OdpqnrQxrJA9aum5C8jKGJvLSIVuw33ZMfGD-l1t9tLQsoAhlB8l204tHAtVJ3Fou0ccaJeRy8IBiMQxUcD2qzIpf0RGpnA2QzpNVG/w640-h70/ex+1.JPG" width="640" /></a></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Jika kalian berpikir nada dasarnya adalah C Mayor, maka kalian sedang menggunakan konsep tonalitas. Alur melodi diatas sama sekali tidak menampilkan nada C, namun kita bisa menganggapnya sebagai alur melodi dalam C Mayor dalam konsep tonalitas. Contoh lain penerapan konsep tonalitas perhatikan gambar progresi akor di bawah</div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy17O7SAh_srqOKqtEFXlXGxpHpZBsh11x_IY19PaJkcbQAL6OqxdqyWLTAbcwIko3XwgHWNf-HGm2jo-nAbXChWF6zKA5w9-MrlyS5uQMiV2KFcXfHfk_2tT-GeIYKAPO9odxCJtV3HYk/s1630/ex+2.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="311" data-original-width="1630" height="122" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy17O7SAh_srqOKqtEFXlXGxpHpZBsh11x_IY19PaJkcbQAL6OqxdqyWLTAbcwIko3XwgHWNf-HGm2jo-nAbXChWF6zKA5w9-MrlyS5uQMiV2KFcXfHfk_2tT-GeIYKAPO9odxCJtV3HYk/w640-h122/ex+2.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Tidak ada akor G Mayor dalam progresi akor di atas, namun jika teman-teman berhasil mengidentifikasi nada dasar dari progresi akor tersebut adalah G Mayor, maka pemahaman tonalitas kalian sudah cukup mumpuni. Jika belum paham, BELAJAR LAGI! prinsip tonalitas.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Tonalitas VS Modalitas</b></span></p><p style="text-align: justify;">Setelah kita sudah memahami prinsip tonalitas, maka kita akan memahami prinsip dari modalitas. Jika tonalitas terpaku pada satu buah nada dasar sebagai sentral, maka dalam prinsip tonalitas tidak ada istilah nada sentral, yang ada hanyalah root, dan semua nada dalam sebuah tangga nada bisa menjadi root. Perhatikan alur melodi di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhckdSQaj82IZByTktnIAmZdalTrTpSPXIfgc7FUdo-X7PX0VB6Hl2ocjNdFM3cvGsvI1uO0czzBBNTIIyIkBezR_o5r6YD-seV2Uz0dNZYZ0ly_G3jGuyzRC7mDUxikKAXtRyLLPq8uo1D/s1625/ex+3.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="431" data-original-width="1625" height="170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhckdSQaj82IZByTktnIAmZdalTrTpSPXIfgc7FUdo-X7PX0VB6Hl2ocjNdFM3cvGsvI1uO0czzBBNTIIyIkBezR_o5r6YD-seV2Uz0dNZYZ0ly_G3jGuyzRC7mDUxikKAXtRyLLPq8uo1D/w640-h170/ex+3.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Bar 1-4 sama dengan bar 5-8. Alor melodi di atas dalam konsep tonalitas bernada dasar C Mayor, walaupun nada dimulai dari G, namun G berkedudukan sebagai sol atau nada ke-5dari C. Berbeda dengan prinsip modalitas, dimana G merupakan root, tidak peduli C adalah nada dasar dalam konsep tonalitas. Agar lebih mudah memahami modes, usahakan untuk mengubah cara berpikir tonalitas menjadi modalitas. Tonalitas dan modalitas merupakan dua "kacamata" yang berbeda, secara analogi jika kita didiagnosa mengidap rabun jauh maka kacamata cekunglah yang dapat membantu kita melihat lebih jelas, dengan kacamata cembung dan silinder mungkin terlihat namun akan terasa samar.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Setiap Modes adalah Tangga Nada yang Berbeda, Unik, dan Berkarakter</b></span></p><p style="text-align: justify;">Saya rasa tidak sedikit mentor gitar yang mengajarkan dorian modes adalah tangga nada mayor dari Re ke Re, phrygian dari Mi ke Mi, dan seterusnya. Namun sadarkah anda sebagai mentor, bahwa cara berpikir ini justru membuat murid anda gagal paham? Secara teori untuk mempermudah paradigma modes adalah dengan menggunakan prinsip tonalitas, tapi jika akhirnya banyak murid yang tersesat dengan metode ini, saya rasa penerapan modalitas harus diimbangi dengan konsep pemikiran modalitas pula.</p><p style="text-align: justify;">Jika kita mengenal ada delapan modes, maka kita harus memisahkan karakter setiap modes. Cara termudah adalah menilai setiap modes adalah tangga nada yang berbeda, sehingga D Dorian, E Phrygian, F Lydian, dan A Aeolian merupakan tangga nada yang tak sama, walaupun dalam prinsip tonalitas dapat disimpulkan sebagai tangga nada C Mayor. Dengarkan karakter tangga nada dalam modes secara utuh dan beri kesan pada masing-masing modes, bagi saya setiap modes memberikan kesan yang berbeda, unik, dan berkarakter.</p><p>Picture by @krysamon Unsplash</p></div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-55599307433544036482021-04-18T09:00:00.001+07:002021-04-18T09:00:00.177+07:00Visualisasi Fretboard Gitar Part 1 : Three Notes per String<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyzZ7VsLGeATmSvSAOmvcoi1lfpVA2kDRP2yl4dT2jhywhhlTxilJEE4r2PE5347Ucmq6XLPg4WsVbeRiEHF8mrw5pJhoOGeDK16kXWFHFruMpsJOENZVz-uQV71oiZSIcc0tP45qdsFnX/s700/Visualisasi+Fretboard+Gitar+Part+1+3+Notes+per+String+peter+de+vries+guitar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Visualisasi Fretboard Gitar Part 1 : 3 Notes per String" border="0" data-original-height="466" data-original-width="700" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyzZ7VsLGeATmSvSAOmvcoi1lfpVA2kDRP2yl4dT2jhywhhlTxilJEE4r2PE5347Ucmq6XLPg4WsVbeRiEHF8mrw5pJhoOGeDK16kXWFHFruMpsJOENZVz-uQV71oiZSIcc0tP45qdsFnX/w640-h426/Visualisasi+Fretboard+Gitar+Part+1+3+Notes+per+String+peter+de+vries+guitar.jpg" title="Visualisasi Fretboard Gitar Part 1 : 3 Notes per String" width="640" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Dalam bermain instrumen musik khususnya gitar, bagian yang dinamakan fretboard memiliki peranan yang sangat penting, baca <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2017/02/bagian-gitar-elektrik.html" style="text-align: left;">Bagian-bagian Gitar Elektik</a>. Pada fretboard seorang gitaris menentukan nada apa yang akan dihasilkan dari permainannya. Untuk memahami penentuan nada pada gitar secara menyeluruh dibutuhkan sebuah konsep yang disebut dengan visualisasi fretboard. Visualisasi fretboard menjadi sangat penting karena untuk menghasilkan nada dan/atau harmoni, gitaris harus menganalisa penempatan jari pada fretboard secara vertikal atau horizontal. Terdapat beberapa metode untuk memahami konsep visualisasi fretboard pada gitar salah satunya adalah <b>Three Notes per String</b>, yang diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai <b>Tiga Nada per Senar</b>. Bagaimana konsep dari metode ini yuk kita bahas!</p><p style="text-align: justify;"><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Apa itu Metode Three Notes per String?</b></span></p><p style="text-align: justify;">Three Notes per String merupakan salah satu metode visualisasi fretboard pada gitar dengan konsep menekan tiga nada pada setiap senar untuk membentuk sebuah tangga nada tertentu dengan melakukan manajemen jari agar pergerakan secara vertikal dan horizontalnya tidak terlampau jauh. Pergerakan jari secara vertikal dan horizontal kemudian membentuk pola yang harus dihafal. Pola yang terbentuk menghasilkan beberapa posisi yang jumlahnya sama dengan nada dalam tangga nada tersebut, misal pada tangga nada heptatonis yang berjumlah tujuh nada berarti terdapat tujuh posisi yang akan terbentuk.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><b><span style="font-size: x-large;">Implementasi Metode Three Notes per String</span></b></p><p style="text-align: justify;">Agar lebih mudah dipahami, saya akan memberikan implementasi metode ini dalam tangga nada C Mayor. Pada tangga nada C Mayor terdapat tujuh nada yaitu C-D-E-F-G-A-B-C, yang berarti nantinya akan <b>ada tujuh posisi</b>. Posisi pertama dalam tangga nada ini dimulai dari nada C pada senar 6 fret 8, perhatikan gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2m-SoFV3-Y37PrRsFy-z3YCgGn9G2dlkuDqv5taOt9L4lz9UiP5aRMM4tlPxJp-mf8zB6-rnaTeT1aamZHmfz38Yy5AeXXmN3Z1WuRutCWyIBbF4pbKbTWYrGdnAgLxVQnW9Bem-vUOkw/s646/Posisi+1+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="207" data-original-width="646" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2m-SoFV3-Y37PrRsFy-z3YCgGn9G2dlkuDqv5taOt9L4lz9UiP5aRMM4tlPxJp-mf8zB6-rnaTeT1aamZHmfz38Yy5AeXXmN3Z1WuRutCWyIBbF4pbKbTWYrGdnAgLxVQnW9Bem-vUOkw/w640-h206/Posisi+1+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p>Jika sudah menghafal posisi pertama, maka gitaris biasanya menghafal posisi selanjutnya yaitu posisi kedua. Posisi kedua dimulai dari nada kedua dalam tangga nada C Mayor, nada kedua adalah D pada senar 6 fret 10. Perhatikan posisi kedua pada gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgua1UcL9GpNQVADOCOxLHAHi3uMo_uKIwEbmOxZUSmDd30L7Bxm1ELTq4VTv9yZuXrQ_677-Y18AuUcNw9slYw54dmuSWqDdjzPK5H7OWf4b1iClEyPtbY1dKVm_I5WiMrbdQrxPDnWW83/s612/Posisi+2+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="211" data-original-width="612" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgua1UcL9GpNQVADOCOxLHAHi3uMo_uKIwEbmOxZUSmDd30L7Bxm1ELTq4VTv9yZuXrQ_677-Y18AuUcNw9slYw54dmuSWqDdjzPK5H7OWf4b1iClEyPtbY1dKVm_I5WiMrbdQrxPDnWW83/w640-h220/Posisi+2+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Konsep yang sama diterapkan untuk membentuk posisi ketiga yang dimulai dari nada E sebagai nada ketiga dalam tangga nada ini. Posisi ini dimulai dari senar 6 fret 12, perhatikan gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1QfDaGnz11Q8-nPAcfqu_LCPOUb3JEMYeVclEp6YPDssOzl4GM5m1O5IQi-VanxBbqO1NjruQ2TL4cM2alFqbWyu7kCNQ9BBXa-Vas4I48uQP-gIaAkqLBI2Y_WYb_EcZNiFbiaSNvjQn/s523/Posisi+3+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="212" data-original-width="523" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1QfDaGnz11Q8-nPAcfqu_LCPOUb3JEMYeVclEp6YPDssOzl4GM5m1O5IQi-VanxBbqO1NjruQ2TL4cM2alFqbWyu7kCNQ9BBXa-Vas4I48uQP-gIaAkqLBI2Y_WYb_EcZNiFbiaSNvjQn/w640-h260/Posisi+3+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Dilanjutkan pada posisi keempat dimulai dari nada F sebagai nada keempat dalam tangga nada C Mayor. Posisi keempat diawali dengan nada F yang berada pada senar 6 fret 1, perhatikan gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjr_lxkLYgZ3zAimDzhpiI86hLGbVtYcM2iF97MhnOtVEFvrTffMAwa2B8SDM-SGIf4O-TfPkHXj7g441ZmelW4VAKgXXE6kOB814RkcrgQa0_AtbpN9fE-of8JgDkDSJpEViFob0Msabb/s754/Posisi+4+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="201" data-original-width="754" height="170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjr_lxkLYgZ3zAimDzhpiI86hLGbVtYcM2iF97MhnOtVEFvrTffMAwa2B8SDM-SGIf4O-TfPkHXj7g441ZmelW4VAKgXXE6kOB814RkcrgQa0_AtbpN9fE-of8JgDkDSJpEViFob0Msabb/w640-h170/Posisi+4+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Posisi kelima dimulai pada nada G di senar 6 fret 3, perhatikan gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqtCxi8b43EDhXtq3PthiG4Ci_20GkdPGVF4YTBf30mDEJOiPKdBx-KWuK2gI4caoWgrYMSh7wYJR2xpCV_EwRmHKW2iTbZOBqmlBGoxna4I14N5rMk0nEw9VXMZBtu30y33-bJfVKzTjX/s688/Posisi+5+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="198" data-original-width="688" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqtCxi8b43EDhXtq3PthiG4Ci_20GkdPGVF4YTBf30mDEJOiPKdBx-KWuK2gI4caoWgrYMSh7wYJR2xpCV_EwRmHKW2iTbZOBqmlBGoxna4I14N5rMk0nEw9VXMZBtu30y33-bJfVKzTjX/w640-h184/Posisi+5+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Posisi keenam akan dimulai dari nada A sebagai nada keenam dari tangga nada C Mayor. Nada A berada pada senar 6 fret 5, perhatikan gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9s6lLsm9u5OwNQ_nynLX3laHXapfewvCEEvLqz3juYUAvZc3yuLMEiOy1FEwYbegWp1fqvfNcGwfltlAl102-xKNkCD7fFGe0-KwmCPCnh4f7Wk_wox2hJTOavIcvG32gldtf_cQBNBFJ/s655/Posisi+6+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="202" data-original-width="655" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9s6lLsm9u5OwNQ_nynLX3laHXapfewvCEEvLqz3juYUAvZc3yuLMEiOy1FEwYbegWp1fqvfNcGwfltlAl102-xKNkCD7fFGe0-KwmCPCnh4f7Wk_wox2hJTOavIcvG32gldtf_cQBNBFJ/w640-h198/Posisi+6+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Terakhir adalah posisi ketujuh yang dimulai dari nada B senar 6 fret 7, perhatikan gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYDGX6dYHbtOl_Jq2Y_WHDZb29a1bZLPK-azls8IY9jc-esGXTUrLFbAVEL_FOSum1ly8-ttLbwKfuGO2LqcXYctcdzKkPlz6Di-BTQbZLFpCNgch36nYqqbxsYUSBVmiSmrFKLkvq_hMa/s668/Posisi+7+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="205" data-original-width="668" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYDGX6dYHbtOl_Jq2Y_WHDZb29a1bZLPK-azls8IY9jc-esGXTUrLFbAVEL_FOSum1ly8-ttLbwKfuGO2LqcXYctcdzKkPlz6Di-BTQbZLFpCNgch36nYqqbxsYUSBVmiSmrFKLkvq_hMa/w640-h196/Posisi+7+3+notes+per+string+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Setelah menghafalkan tujuh posisi dari tangga nada C Mayor secara terpisah, maka dilanjutkan dengan menggabungkannya menjadi satu kesatuan. Konep pada metode ini juga dapat diterapkan pada tangga nada lainnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><b>Picture by @yurii_stupen Unsplash</b></p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-19371744222809561122021-04-10T09:00:00.114+07:002021-04-10T09:57:38.050+07:00Tips Mengganti Kebiasaan Improvisasi dengan Minor Pentatonic Scale pada Gitaris<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7iL37uu1V6H_Srkd_wjQhao9o66N4YvBYFVfXdD2FEkmWgsRO8u82T40cMQrSAJQI0BYGsPt07lrX60lQlHV7Io-b1ZCHu4EmnGmA2Slc9GlIo1a1cMYTcRo909nbT-YyLAMdVwXrhbUm/s699/Ganti+Kebiasaan+Improvisasi+dengan+Minor+Pentatonic+Scale+pada+Gitaris+dengan+Cara+Berikut+peter+de+vries+guitar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="699" height="370" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7iL37uu1V6H_Srkd_wjQhao9o66N4YvBYFVfXdD2FEkmWgsRO8u82T40cMQrSAJQI0BYGsPt07lrX60lQlHV7Io-b1ZCHu4EmnGmA2Slc9GlIo1a1cMYTcRo909nbT-YyLAMdVwXrhbUm/w640-h370/Ganti+Kebiasaan+Improvisasi+dengan+Minor+Pentatonic+Scale+pada+Gitaris+dengan+Cara+Berikut+peter+de+vries+guitar.jpg" width="640" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Dalam bermusik kemampuan improvisasi menjadi sangat penting, terutama bagi seorang gitaris. Penggunaan improvisasi bisa muncul ketika seorang gitaris diminta mengisi interlude sebuah lagu yang mungkin belum dipelajari sebelumnya, atau untuk memberikan sentuhan musikal yang lebih indah ketika harus bermain dengan dua gitaris, bahkan tidak jarang beberapa gitaris menggunakan kemampuan improvisasinya untuk menutup kesalahan akibat lupa melodi asli dari sebuah lagu.<span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kemampuan improvisasi juga menjadi tolok ukur kepiawaian penyaji musik dalam dunia permusikan sehingga tak jarang gitaris awam sekalipun ingin buru-buru menguasai kemampuan ini dengan berbagai motif dibelakangnya. Tangga nada minor pentatonis (minor pentatonic scale) bentuk pertama biasanya menjadi "makanan pembuka" para gitaris dalam mempelajari teknik improvisasi pada gitar. Improvisasi dengan tangga nada ini menyebar dari mulut ke mulut, bahkan "disajikan" oleh beberapa guru les di lembaga pembelajaran musik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bagi saya pribadi penggunaan tangga nada minor pentatonis sebagai pembelajaran improvisasi tidaklah salah, namun jika ini akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan selalu digunakan oleh para gitaris amatir, saya rasa fenomena ini cukup layak dikatakan sebagai <b>"Minor Pentatonic Scale Syndrome"</b>. Pada beberapa kasus kebiasaan tersebut mereduksi kemampuan improvisasi seorang gitaris karena mereka merasa aman jika melakukan improvisasi di dalam "sangkar" tangga nada minor pentatonis.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Pada artikel ini saya tidak akan membahas salah atau tidaknya penggunaan minor pentatonis dalam improvisasi karena sangat bersifat personal, namun saya akan memberikan tips untuk mengganti kebiasaan penggunaan tangga nada minor pentatonis dalam improvisasi pada gitaris.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: x-large;"><b>Gunakan Arpeggio</b></span></p><p style="text-align: justify;">Arpeggio dalam KBBI diartikan sebagai uraian nada-nada dari akor yang berurutan naik dan turun. Contoh dalam akor C yang terdiri dari nada C, E, dan G, maka jika kalian memainkan nada tersebut secara berurutan maka dapat disebut sebagai arpeggio, dan jika dimainkan bersamaan disebut akor. Pada lagu dengan nada dasar C Mayor, gitaris yang mengalami <b>Minor Pentatonic Scale Syndrome </b> biasanya akan berimprovisasi pada tangga nada A minor pentatonis. Kalian dapat menggantinya dengan memainkan arpeggio pada akor-akor di rumpun C Mayor, antara lain C Mayor, D minor, E minor, F Mayor, G Mayor, A minor, B Diminished. Selain itu, cobalah untuk memperluas arpeggio dalam akor-akor yang lebih kompleks unsur nadanya seperti seventh chord, ninth chord, dan lainnya, baca artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/02/akor-dasar-dan-kompleks.html" style="text-align: left;">Akor dasar dan Kompleks</a>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><span style="font-size: x-large;"><b>Pengolahan Figur/Motif Secara Imitatif</b></span></p><p style="text-align: justify;">Pada artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/10/perbedaan-figure-dan-motive-dalam-musik.html" style="text-align: left;">Perbedaan Figure dan Motive dalam Musik | Teori Bentuk Musik </a>saya telah membahas pengertian motif dan figur dalam musik. Pengolahan imitatif dalam buku Leon Stein diartikan sebagai bentuk repetisi pada instrumen lain (dalam format musik ansambel) atau repetisi dalam instrumen yang sama namun berbeda oktaf. Perhatikan tab di bawah sebagai contoh pengolahan figur/motif secara imitatif.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2n2I08WLTPL_PfQnTPN2NMO_9JwRE8L9vsQplYkAtCSbEBUwatH6r-iSP-m4G499TJecregudZJps0zU5EwyOBatmPYhlr1fkoayuZsZ6Tikz8yQMD8KwcHI3L-umrgKCW2lSEfZn0z3A/s388/Capture.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ganti Kebiasaan Improvisasi dengan Minor Pentatonic Scale pada Gitaris dengan Cara Berikut" border="0" data-original-height="138" data-original-width="388" height="114" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2n2I08WLTPL_PfQnTPN2NMO_9JwRE8L9vsQplYkAtCSbEBUwatH6r-iSP-m4G499TJecregudZJps0zU5EwyOBatmPYhlr1fkoayuZsZ6Tikz8yQMD8KwcHI3L-umrgKCW2lSEfZn0z3A/w320-h114/Capture.PNG" title="Ganti Kebiasaan Improvisasi dengan Minor Pentatonic Scale pada Gitaris dengan Cara Berikut" width="320" /></a></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Berdasarkan pengaplikasiannya dalam nada dasar, motif di atas merupakan motif "multi-aplikatif" karena dapat diterapkan pada lagu dengan nada dasar G Mayor yang mana solmisasinya adalah do-re-mi-sol, bisa juga diaplikasikan pada lagu bernada dasar C Mayor sehingga solmisasinya menjadi sol-la-si-re, bahkan diimplementasikan pada lagu bernada dasar D Mayor sehingga solmisasinya fa-sol-la-do yang kemudian diolah secara imitatif hingga dua oktaf ke atas. Nada-nada untuk membentuk motif dapat diperoleh dari arpeggio sebuah akor atau kumpulan nada acak yang telah ditentukan dalam tangga nada tertentu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: x-large;">Sentuhan Modes Lain</span></b></p><p style="text-align: justify;">Pembahasan modes secara teori pernah saya bahas di artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2016/09/mengenal7modes.html" style="text-align: left;">Mengenal “Seven of Modes”</a>. Bagi sebagian gitaris amatir, modes terkadang menjadi momok yang cukup menakutkan. Jelas jika pandangan seorang gitaris masih menggunakan perspektif tonalitas (berdasarkan tonika) pastinya akan lebih sulit, saran saya untuk memahami konsep modes, coba konversikan konsep tonalitas menjadi perspektif modalitas.</p><p style="text-align: justify;">Saya tidak akan mengajarkan bagaimana penggunaan Modes di artikel ini, saya hanya akan memberikan contoh sebuah pola melodi yang sengaja disematkan sebuah nada pada modes lain. Perhatikan progresi akor dan alur melodi pada tab di bawah.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwgbaaIKwypIuozp6NEtKySweXfSQ30CQMiwgyChQjN2YEgapJU-hk6We9RAdqaT5kVWKE-dlsb43SJ0x_eMp0CYuAgRyw_ey-QDtMZma9bmhENaBDf3h1wpCWuXwslCPYuw6Wrbem2qnp/s743/Capture2.PNG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="307" data-original-width="743" height="165" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwgbaaIKwypIuozp6NEtKySweXfSQ30CQMiwgyChQjN2YEgapJU-hk6We9RAdqaT5kVWKE-dlsb43SJ0x_eMp0CYuAgRyw_ey-QDtMZma9bmhENaBDf3h1wpCWuXwslCPYuw6Wrbem2qnp/w400-h165/Capture2.PNG" width="400" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Gambar di atas menjelaskan progresi akor E Mayor (Sub Dominant - Dominant - Tonica), alur melodinya sengaja saya tuliskan lengkap dengan solmisasinya (dalam perspektif tonalitas). Pada birama 1 dan 2 alur melodi masih dalam tangga nada E Mayor dalam perspektif tonalitas atau E Ionian dalam perspektif modalitas, namun pada birama ke-3 terdapat subtitusi nada Fa menjadi Fi (4#) yang menjadi ciri khas E Lydian. Alasan saya menyisipkan nada 4# E Lydian dalam E Ionian karena keduanya sama-sama memberikan nuansa mayor. Konsep yang sama dapat kalian coba dalam menggabungkan Aeolian dan Dorian.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bagi kalian yang memerlukan les gitar secara komperhensif silahkan kunjungi halaman <b><a href="https://www.fisella.com/" target="_blank">Fisella Music Course</a></b>. Fisella menawarkan kursus online <a href="https://www.fisella.com/2018/04/electric-guitar-course.html" target="_blank"><b>Kelas Gitar Elektrik</b></a>, <b><a href="https://www.fisella.com/2018/04/classical-guitar-course-pop-guitar.html" target="_blank">Kelas Gitar Klasik, dan Kelas Gitar Pop</a></b> yang diajar oleh mentor profesional.</p><p style="text-align: justify;">Picture by @joeyguns Unsplash</p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-47380433740653600462021-04-05T13:38:00.000+07:002021-04-05T13:38:02.149+07:00Pengertian Musik Absolut dan Musik Program<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9fsPTvS0cqAGBZTsihOnKdoQx3HmH2SwAoWzqZj4s6oII4AVMSRzzgEU73LzX8_to7wFehrxuiC6WnNsyl-6qm0YyG6FAxbT7cc-tJNj9oi0_dnf-N36iPaYYFFS-BugxVG_-1WymL9Ut/s600/peter+de+vries+guitar+pengertian+musik+absolut+pengertian+musik+program.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pengertian Musik Absolut dan Pengertian Musik Program" border="0" data-original-height="316" data-original-width="600" height="338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9fsPTvS0cqAGBZTsihOnKdoQx3HmH2SwAoWzqZj4s6oII4AVMSRzzgEU73LzX8_to7wFehrxuiC6WnNsyl-6qm0YyG6FAxbT7cc-tJNj9oi0_dnf-N36iPaYYFFS-BugxVG_-1WymL9Ut/w640-h338/peter+de+vries+guitar+pengertian+musik+absolut+pengertian+musik+program.jpg" title="Pengertian Musik Absolut dan Pengertian Musik Program" width="640" /></a></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">"Dirimu terbentuk dari apa yang kamu dengar", istilah ini sering kita bicarakan dalam obrolan-obrolan ringan di lingkaran pertemanan musisi. Untuk menjadi pemain jazz kita diminta memiliki referensi lagu jazz yang tidak sedikit, tujuannya untuk membentuk karakter permainan sesuai dengan esensi-esensi musikal dalam jazz, begitu pula untuk membentuk karakter yang ada di genre musik lainnya. Seperti yang banyak orang ketahui bahwa dalam sebuah karya musik sering berisi makna di dalamnya, baik melalui lirik, gaya musik, dan aspek lainnya. Dari pernyataan ini, ssebuah pertanyaa pernah terbesit dalam benak saya, "apakah semua musik memiliki makna di dalamnya? Apakah ada musik yang dibuat hanya untuk menampilkan musik itu sendiri tanpa membubuhi makna tertentu?". Kedua pertanyaan ini akhirnya terjawab setelah saya mengetahui pengertian dari musik absolut dan musik program.<span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><span style="font-size: x-large;"><b>Pengertian Musik Absolut</b></span></div><div style="text-align: justify;">Musik absolut merupakan karya musik yang tidak memberikan gambaran tentang apapun dalam musiknya. Hal ini berarti karya musik tersebut tidak memiliki subyek/obyek untuk dijelaskan/dilukiskan/digambarkan. Christopher Muscato seorang pengajar sejarah, asisten Profesor di University of Northern Colorado, dan penulis di platform study.com mengartikan "keabsolutan" sebagai musik yang murni untuk menampilkan unsur-unsur musik itu sendiri, seperti harmoni, timbre, melodi, dan unsur-unsur musikal lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><span style="font-size: x-large;"><b>Pengertian Musik Program</b></span></div><div style="text-align: justify;">Dalam buku Musik Barat Selayang Pandang karya Drs. Hari Martopo, M.Hum dijelaskan bahwa musik program sangat umum ditemukan pada era romantik, dimana karya musik sengaja dimuati makna lain atau unsur eksternal dari musiknya. Sacher dan Eversolve membagi musik program dalam tiga kategori yaitu musik program naratif, deskriptif, dan filosofis. Dalam musik program pastinya dibutuhkan sebuah subyek/obyek untuk digambarkan/dilukiskan dengan menggunakan media musik.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div>Picture by @mohammadmetri (Unsplash)</div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia-7.7325212999999993 110.402376-36.042755136178847 75.246126 20.577712536178847 145.558626tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-47560581305534842842021-03-31T13:22:00.002+07:002021-03-31T23:18:45.112+07:00Perfect 4th Guitar Tuning dengan Paradigma Geometri di Dalamnya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1O635JpAR8iSsCl3XCOr2jdu96Uov98KkA2DkYtNSAdb1cANkzA8G_SpFgY69-IbsZqA_K03nXJtq12-qh527KmkvgTRxOmeBcZefSfi2uxP0cj-NhgDg-Pt4nnqo0UwtevD_Vl8q50eo/s700/Peter+de+Vries+Guitar+Unusual+TUning+peterdevriesguitar.com.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="379" data-original-width="700" height="346" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1O635JpAR8iSsCl3XCOr2jdu96Uov98KkA2DkYtNSAdb1cANkzA8G_SpFgY69-IbsZqA_K03nXJtq12-qh527KmkvgTRxOmeBcZefSfi2uxP0cj-NhgDg-Pt4nnqo0UwtevD_Vl8q50eo/w640-h346/Peter+de+Vries+Guitar+Unusual+TUning+peterdevriesguitar.com.jpg" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Sadar atau tanpa sadar, biasanya gitaris profesional memiliki lebih dari satu gitar. Terdapat beragam alasan yang sudah pernah saya bahas pada artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/08/gitaris-punya-banyak-gitar.html">Gitaris Punya Banyak Gitar? Ini Alasannya</a>. Selain alasan-alasan yang ada pada artikel tersebut, terdapat sebuah alasan lain mengapa mereka menggunakannya. Tuning tak lazim (unusual tuning) dalam gitar tentunya memiliki kombinasi nada yang berbeda dengan tuning standar EADGBE. Penggunaannya biasa diperlukan seorang gitaris profesional untuk memainkan repertoar/lagu tertentu. Salah satu unusual tuning yang mungkin sudah menjadi cukup lazim adalah Drop D dengan tuning DADGBE yang banyak digunakan pada repertoar klasik hingga modern seperti rock dan metal. Tuning diluar standar biasanya mempertimbangkan beragam aspek seperti interval, timbre, dan aspek-aspek lainnya. <span></span>Pada artikel ini saya hanya akan membahas Perfect 4th Tuning pada gitar yang ternyata memuat paradigma dan perspektif geometri di dalamnya.<span></span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><a name='more'></a><p></p><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>Pengertian Geometri</b></span></p><p style="text-align: justify;">KBBI mengartikan geometri sebagai sebuah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang. Pernyataan serupa juga saya temukan pada blog Ruang Guru yang mengartikan geometri sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara objek-objek geometri, seperti titik, garis, bangun (datar/ruang), dan sudut. Bagian terkecil dari obyek geometri adalah titik, kemudian titik-titik yang terhimpun akan membentuk garis, jika garis-garis saling berhubungan dan memenuhi syarat tertentu akan membentuk bangun bidang/ruang. Saya tidak akan berlama-lama menjabarkan geometri karena saya yakin musisi seperti saya dan anda tidak begitu peduli dengan bidang ilmu yang berbau matematika.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>Geometri Bidang dalam Musik</b></span></p><p style="text-align: justify;">Walaupun musik erat kaitannya dengan rasa, estetika, imajinasi, dan unsur seni lainnya, namun sadarkah kita jika bahasan tentang musik juga dapat dikaji dengan sangat logis? Pembahasan tentang tangga nada, kombinasi nada dalam akor, pembalikan akor, interval selalu dibahas dengan sangat logis dan sistematis. Ilmu geometri secara tidak langsung ternyata sering digunakan untuk menganalisa musik bahkan mengkomposisi/mengaransemen. Saya akan memberikan beberapa contoh untuk membuka pandangan kita semua bahwa geometri sangat erat kaitannya dengan logika berpikir pada bidang ilmu musik.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRQVfdh906PTfhIi9awrru1t4xKWzKdDk4FC-2i-1h75ZfRoPhHmD4n14e46mdzop7YKyEpT_DPCsBJ4NS-YvGc9eShpsWFb-KmDC4_iUEtlhJafdEBg4FQIEuDOlnPo19VBza4GdoEz3V/s766/circle+of+fifth.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="766" data-original-width="700" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRQVfdh906PTfhIi9awrru1t4xKWzKdDk4FC-2i-1h75ZfRoPhHmD4n14e46mdzop7YKyEpT_DPCsBJ4NS-YvGc9eShpsWFb-KmDC4_iUEtlhJafdEBg4FQIEuDOlnPo19VBza4GdoEz3V/w183-h200/circle+of+fifth.jpg" width="183" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Saya yakin kita tidak akan asing dengan pembahasan circle of fifths & fourth. Sejak pembahasan teori musik dasar, bahkan hingga mengingat tanda mula sebuah repertoar/lagu, kita sering membayangkan lingkaran ini. Jika setiap nada dalam lingkaran tersebut mewakili titik dalam perspektif geometri, dan interval mewakili garis, maka terbukti bahwa geometri melekat secara implisit dalam musik. Saya akan menyelam sedikit lebih dalam dengan lingkaran ini, saya yakin kita mampu membayangkan segitiga sama sisi untuk membentuk akor augmented (contoh kombinasi nada C-E-G# dan F#-A#-D). Jika dibedah lebih dalam lagi bahkan kita dapat menggambarkan berbagai bidang, baik yang berbentuk simetris dan asimetris.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio7GnI9O0zrJsj-AT-UW9BtwMN4U_cFY6D1cs-5zWux82ao2TlekAB14_YynHaxol317RWcdvA78soY5n3WY6LH7TYs8LajZS2GlNgUlmLuC9ipCKu0wjx-SLzMEQ26itIIPqbkFvc0Ov9/s600/paralel+movement.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="299" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio7GnI9O0zrJsj-AT-UW9BtwMN4U_cFY6D1cs-5zWux82ao2TlekAB14_YynHaxol317RWcdvA78soY5n3WY6LH7TYs8LajZS2GlNgUlmLuC9ipCKu0wjx-SLzMEQ26itIIPqbkFvc0Ov9/s320/paralel+movement.jpg" width="320" /></a></div><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIZbdJPCxGs5Ux3N961HBoM9yBzCATxflFBKV2MWwnlQckH2tXL6LsaADrschI6z92VPtYqpe6KZnfHofseFIV9OjxFrBMWD1_ja30bT8rebW84LWT_qUooxhL13uFWIx3V9E6PfgJIsCv/s1102/contrary+movement.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="716" data-original-width="1102" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIZbdJPCxGs5Ux3N961HBoM9yBzCATxflFBKV2MWwnlQckH2tXL6LsaADrschI6z92VPtYqpe6KZnfHofseFIV9OjxFrBMWD1_ja30bT8rebW84LWT_qUooxhL13uFWIx3V9E6PfgJIsCv/w320-h208/contrary+movement.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Gambar di atas merupakan gerakan paralel dua nada vertikal dengan interval 5. Jika telah belajar ilmu harmoni, gerakan paralel interval 8 dan 5 cenderung dihindari. Saya tidak akan membahas alasan mengapa gerakan ini dihindari dalam membuat sebuah karya yang memuat harmoni. Baik dalam ilmu harmoni atau ilmu kontrapung gerakan berlawanan seperti gambar di bawahnya justru sering digunakan. Jika untuk menggambarkan gerakan paralel dan berlawanan kita mampu membayangkan sebuah bangun (bidang) trapesium dan jajar genjang dengan menghubungkan susunan vertikal dan horizontal seperti di atas, maka percontohan kedua mampu membuktikan adanya kaitan geometri dan musik yang erat. Jika masih belum puas saya akan memberikan sebuah contoh lagi dalam bidang ilmu musik lainnya.</div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbfR6b6QlG6J9vRqoWkDN5fYNPqe-r0jQZAIXwrAheNysxjLBiNEhUn-4HnHfN-WfKR2m-rayD3YPLxci3SdnawvWP1ioH1c_FFewAuoe1MnELc3xdLHFJO9haBRUY5YUF7Db6ZQ39NNTF/s600/Conducting-Patterns.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="600" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbfR6b6QlG6J9vRqoWkDN5fYNPqe-r0jQZAIXwrAheNysxjLBiNEhUn-4HnHfN-WfKR2m-rayD3YPLxci3SdnawvWP1ioH1c_FFewAuoe1MnELc3xdLHFJO9haBRUY5YUF7Db6ZQ39NNTF/w400-h200/Conducting-Patterns.jpg" width="400" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Gambar di atas merupakan pergerakan tangan seorang dirigen (music conductor) untuk menggambarkan time signature kepada paduan suara, orkestra, atau grup ansambel. Apa jadinya jika ilmu conducting yang dituangkan dalam buku dijelaskan dalam bentuk tulisan, pastinya akan memakan banyak kata dan belum tentu mudah dipahami. Untuk mempermudah pemahaman, gambar bangun bidang di atas mampu menjelaskan jauh lebih ringkas dan mendetail. Masih banyak ilmu musik lainnya yang sebenarnya mengandung geometri di dalamnya, namun saya tidak akan membahasnya terlalu dalam.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>CAGED System Sebagai Bentuk Penerapan Geometri Bidang dalam Gitar</b></span></p><p style="text-align: justify;">Jika anda seorang gitaris, pastinya tidak asing dengan CAGED System dan Three Notes per String. Kedua sistem ini sebenarnya menjelaskan konsep visualisasi fretboard secara vertikal dan horizontal pada gitar. Pembahasan kelebihan dan kelemahan kedua konsep ini saya rasa tidak perlu dibahas lebih dalam karena saya hanya ingin memusatkan perhatian pada CAGED System saja. CAGED System sebenarnya menawarkan konsep yang sangat sederhana dalam memvisualisasikan fretboard gitar, dimana kita hanya perlu menghafalkan bentuk dari lima akor utama saja yaitu C, A, G, E, dan D Mayor, karena dengan menghafal kelima bentuk akor utama ini gitaris mampu mebuat akor lainnya. Pada dasarnya, untuk mempelajari CAGED System kita diminta menghafal bentuk dari kelima akor mayor seperti gambar di bawah</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuCC5KOMVT3hPTuSfgx0zsuzsRoBuiERnmMBrfcfFfzyfYomMP0YUcAFI9xEBYEbqhZbsexkNk_D0hAj6xnLuuYgf0u3k81L3z-UQlYzDbnFFHuA5n31Evf9lUunuZ3L65RopaY-DkVeH_/s600/caged+2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="459" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuCC5KOMVT3hPTuSfgx0zsuzsRoBuiERnmMBrfcfFfzyfYomMP0YUcAFI9xEBYEbqhZbsexkNk_D0hAj6xnLuuYgf0u3k81L3z-UQlYzDbnFFHuA5n31Evf9lUunuZ3L65RopaY-DkVeH_/s320/caged+2.jpg" width="320" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Jika sudah menghafal kelima bentuk akor dasar tersebut maka kita dapat menerapkan bentuk-bentuk akor tersebut menjadi akor lain, misal akor C Mayor dengan bentuk akor A, bentuk G, bentuk E, dan bentuk D. Gambar di bawah adalah ilustrasi akor C Mayor dalam lima bentuk.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinjODrAKO37atj-iWHt9wjJkihK13Z6Q3-d9u6dWL27bH8Qu2Giq5JH1clL-MT_snegVrYCdqEEYykI-H4qbmvKtoh_Ojte1ZymY8eSVmP9YIDObkt8sbbFGhIwuJ5mY4C11WUmOVVDdXk/s436/caged.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="301" data-original-width="436" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinjODrAKO37atj-iWHt9wjJkihK13Z6Q3-d9u6dWL27bH8Qu2Giq5JH1clL-MT_snegVrYCdqEEYykI-H4qbmvKtoh_Ojte1ZymY8eSVmP9YIDObkt8sbbFGhIwuJ5mY4C11WUmOVVDdXk/s320/caged.jpg" width="320" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Gambar di atas memperjelas pernyataan saya bagaimana akor C dapat di bentuk dengan bentuk akor A, G, E, dan D. Dengan demikian maka akor lainnya juga dapat dibentuk dengan lima posisi dasar tersebut.</p><p style="text-align: justify;">Tanpa harus mendalami konsep CAGED System, sebenarnya hampir semua gitaris telah mempelajari CAGED System dalam gitar dengan cara menghafal bentuk-bentuk akor dengan hubungan nada secara vertikal. Hal ini membuktikan bahwa memang perspektif geometri cukup kuat dalam konsep dasar visualisasi fretboard. Bahkan visualisasi fretboard dengan memahami pola tangga nada melalui hubungan nada secara vertikal dan horizontal, mirip dengan cara kita memahami titik dan garis dalam sistem koordinat pada diagram kartesius, yang mana geometri sebagai ilmu pasti juga sangat mudah dicerna dengan penggambaran melalui diagram kartesius.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: x-large;">Pengertian Interval Perfect 4th</span></b></p><p style="text-align: justify;">Sebelum membahas unusual tuning ini kalian harus mengetahui apa itu Perfect 4th Interval. Pembahasan interval yang mendetail sebenarnya sudah pernah saya bahas di artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/01/mengenal-interval-nada.html">Mengenal Interval Nada dalam Musik</a>, namun untuk memudahkan pemahaman saya akan sedikit membahas interval Perfect 4th (bisa disingkat P4). Mudahnya interval P4 merupakan jarak dua nada dimana nada pertama berkedudukan sebagai do dan nada kedua sebagai fa. Misal nada pertama adalah C sebagai do, untuk membentuk interval P4 dibutuhkan nada F (fa dari C).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>Perfect 4th Guitar Tuning</b></span></p><p style="text-align: justify;">Unusual tuning ini juga sering disebut 4ths tuning system namun saya lebih tertarik menggunakan istilah perfect 4th untuk memperjelas kualitas dari interval nada antar senar, dimana interval pada dua senar yang berdekatan menerapkan interval <b>Perfect 4th</b>, bukan diminished 4th atau augmented 4th. Untuk mempermudah penjelasan perhatikan gambar di bawah berikut ini.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEAnMg3B1BLH8x0x38ScdwLDBGJufeRka0RwVHN6D181qOKPv9kpW50T4JFUr2OyCGXDfAN-Fkp8RlkU1m0Gynk4A8umG5QPhOsPP4e9QCnDtD3IyBVJKkGp1bcKkGTAeN-oaIbN7gOS2b/s665/blank_fretboard_diagram.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="184" data-original-width="665" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEAnMg3B1BLH8x0x38ScdwLDBGJufeRka0RwVHN6D181qOKPv9kpW50T4JFUr2OyCGXDfAN-Fkp8RlkU1m0Gynk4A8umG5QPhOsPP4e9QCnDtD3IyBVJKkGp1bcKkGTAeN-oaIbN7gOS2b/w640-h178/blank_fretboard_diagram.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;">Garis teratas dalam diagram fretboard adalah senar 1 dan garis terbawah adalah senar 6. Pada tuning gitar standar susunannya adalah EADG<b>BE, </b>sedangkan dalam<b> </b>Perfect 4th Tuning susunan nadanya adalah EADG<b>CF</b>. Jika senar 6 bernada E adalah Do maka nada Fa adalah A, berikutnya jika senar 5 A bernada A adalah Do maka maka nada Fa adalah D, cara seperti ini berlanjut hingga senar pertama.</div><p style="text-align: justify;">Setelah memahami geometri, kaitan geometri dan musik, serta bukti perspektif geometri dalam gitar pada CAGED System, pemahaman tentang interval Perfect 4th, dan Tuning Perfect 4th dalam gitar, maka saya akan menunjukan dua bukti adanya paradigma geometri yang diterapkan pada Perfect 4th Tuning di Gitar yang digunakan untuk mempermudah visualisasi fretboard para gitaris.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>Symetrical Chord Shape Vertical Movement dalam Perfect 4th Tuning pada Gitar</b></span></p><p style="text-align: justify;">Pada tuning standar, beberapa orang mungkin sadar bahwa kita menghafalkan bentuk akor yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan perfect 4th tuning. Alasannya ada pada interval senar 3 dan 4 yang membentuk interval Major 3rd. Perhatikan diagram fretboard di bawah ini.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyzcAmL5Izx1OOVMy639rdL427TNKpPeTz-v9W1tRM-6YHPr25MHCTLy2L3MlfBYFfhxZvMuJbph_Cud1tbg6JzXmwNROw8JycxGSFnE8yTPCNdg8KnBIjWiQ_yhDA-XPfyQXfovTvFLZO/s665/blank_fretboard_diagram_e+chord.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="527" data-original-width="665" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyzcAmL5Izx1OOVMy639rdL427TNKpPeTz-v9W1tRM-6YHPr25MHCTLy2L3MlfBYFfhxZvMuJbph_Cud1tbg6JzXmwNROw8JycxGSFnE8yTPCNdg8KnBIjWiQ_yhDA-XPfyQXfovTvFLZO/w400-h318/blank_fretboard_diagram_e+chord.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;">Dengan menggunakan tuning standar pada gitar, yang akan kita lihat pada diagram fretboard di atas adalah akor E Mayor (diagram paling bawah), A Minor (diagram tengah), dan D Mayor minor 7 (diagram atas), perpindahan bentukyang sama secara vertikal ternyata membuat tiga kualitas akor yang berbeda dalam tuning standar. Jika sistem tuning diubah menjadi perfect 4th tuning, maka bentuk di atas akan selalu menghasilkan kualitas akor yang sama (Mayor), dengan kata lain pada diagram bawah adalah akor E Mayor, diagram tengah A Mayor, dan diagram atas D Mayor. Untuk membuktikan pernyataan ini silahkan coba sendiri perfect 4th tuning pada gitar kalian, hati-hati jika menggunakan senar ukuran kecil karena berpotensi putus senar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-size: x-large;"><b>Symetrical Diagonal Movement dengan Perfect 4th Tuning pada Gitar</b></span></span></p><p style="text-align: justify;">Dengan menerapkan interval perfect 4th di setiap senar gitar maka diperoleh tuning EADGCF (dari senar 6 ke 1). Alasan penggunaan Perfect 4th Interval Tuning adalah untuk membuat pola symetrical diagonal movement pada alur melodi sebuah tangga nada. Untuk memperjelas pemahaman tentang symetrical diagonal movement, perhatikan perbandingan pola tangga nada G Mayor dengan menggunakan Perfect 4th Interval Tuning vs Standar Tuning.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic5-HDeRTXPVOgGrf38ws0T9cO5NbluCrFjYiPQHaUjq-OgLwEdNKHHrvFNuNKRgGpa9n6F3HkjZH-VRRMSyYduyp687FWyFaq-kPvQCyiZsXxzoNo064hyphenhyphend3wmtBOVfcwyJ3x_Ni4ZvBm/s1947/perfect+4th+tuning.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1478" data-original-width="1947" height="486" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic5-HDeRTXPVOgGrf38ws0T9cO5NbluCrFjYiPQHaUjq-OgLwEdNKHHrvFNuNKRgGpa9n6F3HkjZH-VRRMSyYduyp687FWyFaq-kPvQCyiZsXxzoNo064hyphenhyphend3wmtBOVfcwyJ3x_Ni4ZvBm/w640-h486/perfect+4th+tuning.jpg" width="640" /></a></div><br />Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia-7.7325212999999993 110.402376-36.042755136178847 75.246126 20.577712536178847 145.558626tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-84221891107327165142021-01-29T16:09:00.003+07:002021-01-29T16:09:46.181+07:00Free Bias FX2 Presets - January 2021 oleh Fisella Team<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCZllaJR8d2zH4sVym1-PvRXVa1DBZrHCuDaI7U4A3a-W8FCzGF2vMQLdd6lbD0u-crFG0phD2xCQz3Cj9Iw896rrpbmCksPNXh7OmRcqJKcRDBMcRFo2q_6CtNIrdbBqLCWFj91YuqSY/s1373/Free+Bias+FX2+Presets+-+blog.fisella.com+by+peter+de+vries+guitar.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="699" data-original-width="1373" height="326" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCZllaJR8d2zH4sVym1-PvRXVa1DBZrHCuDaI7U4A3a-W8FCzGF2vMQLdd6lbD0u-crFG0phD2xCQz3Cj9Iw896rrpbmCksPNXh7OmRcqJKcRDBMcRFo2q_6CtNIrdbBqLCWFj91YuqSY/w640-h326/Free+Bias+FX2+Presets+-+blog.fisella.com+by+peter+de+vries+guitar.JPG" width="640" /></a></div><br /><p></p><p>Halo teman-teman gitaris, di Januari 2021 ini Tim Blog Fisella membagikan presets dari Bias FX2 dari low gain sampai hi gain amplifier. Berikut adalah beberapa presets yang bisa kalian gunakan :</p><p><br /></p><p><b><span style="font-size: large;">Screaming Paul</span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfkH7gdgFpDUeMW_ouFJkkoPgRkhYszPP4SelskEVsIroKH072SF7UZkO_4jV4UoqKdFhqaGo95VchNL3BhwRdd0ApZwVbm1yUQxHM9YpK-ekABrVJwg8DTvEWEeK3s-RKIRQnscShF20/s861/Screaming+Paul.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="652" data-original-width="861" height="484" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfkH7gdgFpDUeMW_ouFJkkoPgRkhYszPP4SelskEVsIroKH072SF7UZkO_4jV4UoqKdFhqaGo95VchNL3BhwRdd0ApZwVbm1yUQxHM9YpK-ekABrVJwg8DTvEWEeK3s-RKIRQnscShF20/w640-h484/Screaming+Paul.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Preset ini menggunakan sebuah amplifier Paul Arch, yaitu modelling amp yang terinspirasi dari Paul Reed Smith Archon 100 Amp. Dalam Bias FX2, amplifier ini termasuk crunch amp sehingga cocok banget buat kalian yang ingin merasakan distorsi dari ampli. Untuk keperluan solo, terdapat tambahan drive dari pedal 808OD (terinspirasi dari Ibanez TS808) dan juga pedal delay.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Paul Meets Mark</b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVGGsv1lBAn0rtPyNWI_GZbxLBRGMOfsR1AjqaczvfIxyw2kG0_2CfiqTljwvlTC5kRi3NUwdOmd04T7DHxwpLcjp6cfyT_n_s6OPdfJ1KlIRHLm7H3mIsdxhHsCkKB_YswbYU6MSX7ZM/s861/Paul+meets+Mark.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="861" height="484" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVGGsv1lBAn0rtPyNWI_GZbxLBRGMOfsR1AjqaczvfIxyw2kG0_2CfiqTljwvlTC5kRi3NUwdOmd04T7DHxwpLcjp6cfyT_n_s6OPdfJ1KlIRHLm7H3mIsdxhHsCkKB_YswbYU6MSX7ZM/w640-h484/Paul+meets+Mark.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Masih dengan PRS Archon 100 Amp, di presets ini PRS Amp dipadukan dengan Mark V CH3 Amp, yaitu modelling amp dari Mesa Boogie Mark V (golongan hi gain amp). Untuk menggambarkan kesan stereo yang lebih lebar, kedua amplifier tersebut dipisah sejauh 38% Left/Right, dan Mark V amp diberikan sentuhan delay 0.7ms. Mark V amp juga ditodong dengan condenser microphone on axis namun jaraknya tidak terlalu dekat dengan amplifier. Karena ada hi gain amp, dan driv, noise gate juga dipasang. Selain itu, untuk memberikan kesan meruang yang lebar, reverb dengan mode plate dipasang dengan level yang tidak begitu besar.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Poisionate Cobra</b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh98CXEImPeC9dtJg1OZyamksYh2LdmqWMdkAZkaFQ2f_bnslL4KqRGA6MBiiYnyVQ7Vqi0Eq33MTigg-dHsHRlnvK3ge4Fy5tUEBamGVAz_tXh78UrsoZkUeTDlAxYloUh0g4JawgdRzs/s857/Poisonate+Cobra.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="653" data-original-width="857" height="488" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh98CXEImPeC9dtJg1OZyamksYh2LdmqWMdkAZkaFQ2f_bnslL4KqRGA6MBiiYnyVQ7Vqi0Eq33MTigg-dHsHRlnvK3ge4Fy5tUEBamGVAz_tXh78UrsoZkUeTDlAxYloUh0g4JawgdRzs/w640-h488/Poisonate+Cobra.JPG" width="640" /></a></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Siapa yang sudah pernah merasakan Framus Cobra Amp sungguhan? Kalau belum pernah, pada preset ini, kami menampilkan Cobra Amp (disini sih termasuk hi gain amp), tapi untuk memberikan kesan sedikit distorsi dari Cobra amp, kami membuat gain amp berada di 40%. Walaupun pakai satu amplifier sepertinya asik kalau pakai stereo reverb dan sedikit delay. Nah buat yang butuh drive dan noise gate, kalian juga bisa nyalakan saja.</div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">Vitamin C Lullaby</span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2eX8FvTe4WBxW2ISJo72f3Jg3ke_CK65UxT9zk4txXRgP4X0_pDqWl58q-fTJWeai_RY9srR5uNEdY7OcxMw-y_CQQZoYUftDAtXsozpy7idQE7nQBWK_ZVoZgyXmNKkG3tPUznQkf7I/s862/Vitamin+C+Lullaby.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="653" data-original-width="862" height="484" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2eX8FvTe4WBxW2ISJo72f3Jg3ke_CK65UxT9zk4txXRgP4X0_pDqWl58q-fTJWeai_RY9srR5uNEdY7OcxMw-y_CQQZoYUftDAtXsozpy7idQE7nQBWK_ZVoZgyXmNKkG3tPUznQkf7I/w640-h484/Vitamin+C+Lullaby.JPG" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Kalau dari tadi sudah ada presets drive dan crunchy, kali ini ada preset clean amp Vitamin C Lullaby. Preset ini menggunakan AD Clean Amp sebuah modelling amp yang terinspirasi dari Orange AD 30. Dengan sedikit booster dan menaikkan attack pada compressor, suara clean amp dari preset ini terasa semakin renyah di telinga. Tidak ketinggalan ada digital reverb dan chorus untuk mempermanis preset ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: large;">Laughing British</span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL_41DsenPqigVebt2bBhSMJB5KAE2UEGJXbYv3dBdN42Nt1eNrd5zKy1FIA21BUP5N-QTbnqqPyDXfJZn1mVauDP9E373L5QeVXhyqyMB1hqX0NQG_JKg9R6BqMxNloFmV3c9ujOZAtQ/s863/Laughing+British.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="652" data-original-width="863" height="484" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL_41DsenPqigVebt2bBhSMJB5KAE2UEGJXbYv3dBdN42Nt1eNrd5zKy1FIA21BUP5N-QTbnqqPyDXfJZn1mVauDP9E373L5QeVXhyqyMB1hqX0NQG_JKg9R6BqMxNloFmV3c9ujOZAtQ/w640-h484/Laughing+British.JPG" width="640" /></a></div><br /><p style="text-align: justify;">Kembali lagi ke tone agak crunchy, sebuah preset dengan single amp British Rock 50 V2 (based on Orange Rockverb50 Amp) kami buatkan untuk kalian. Pedal drive disematkan untuk mempertegas distorsi halus yang manis yang dikombinasikan dengan pedal compressor. Noise gate juga tidak lupa buat mengurangi noise dari amplifier. Sebagai tambahan terdapat pedal pitch & filter auto wah. Pada settingan filter terdapat button Q yang berarti Quality dari filter tersebut. Button ini sengaja dibuat 100% agar auto wah terasa. Pedal auto wah ini bisa kalian gunakan untuk memberikan kesan yang unik pada permainan solo kalian. Jika tidak suka dengan pedal auto wah ini, silahkan dihapus atau diganti dengan yang lain.</p><div class="separator" style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; clear: both; margin: 0px; outline: 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><div style="border: 0px; box-sizing: border-box; font-size: 16px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><i style="box-sizing: border-box;"><br /></i></span></div><div style="border: 0px; box-sizing: border-box; font-size: 16px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit;"><i style="box-sizing: border-box;"><br /></i></span></div><p style="border: 0px; box-sizing: border-box; margin: 0px; outline: 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: inherit; font-size: x-large;"><span style="box-sizing: border-box;"><b>Cara Download Presets</b></span></span></p><div style="border: 0px; box-sizing: border-box; font-size: 16px; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; overflow-wrap: break-word; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><ol><li>Buka Bias Amp FX2</li><li>Login ke akun Tone Cloud kalian</li><li>Klik button tone cloud (logo awan sebelah kiri atas)</li><li>Pilih menu Pedal Board</li><li>Cari nama presets di atas, misal "Vitamin C Lullaby"</li><li>Klik download</li><li>Enjoy it!</li></ol></div></div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-41982127168710989762021-01-21T21:29:00.015+07:002022-08-29T09:03:10.004+07:00Pahami Perbedaan Mixing dan Mastering bagi Pemula<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw0NWIUtysm9yqbdLzUygyobXiBD63Smb7XHxxbY1372-h0rveGQU86VEjtc4nsenIVQmIxCsMWI5NlMnH_ypkPb2kAp6XPLcrBYdj2djXdABp5H-RW__LyHNXdlTAN4DMyNiz_ZoVGNDH/s600/Perbedaan+mixing+dan+mastering+peter+de+vries+guitar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Perbedaan mixing dan mastering peter de vries guitar" border="0" data-original-height="339" data-original-width="600" height="362" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw0NWIUtysm9yqbdLzUygyobXiBD63Smb7XHxxbY1372-h0rveGQU86VEjtc4nsenIVQmIxCsMWI5NlMnH_ypkPb2kAp6XPLcrBYdj2djXdABp5H-RW__LyHNXdlTAN4DMyNiz_ZoVGNDH/w640-h362/Perbedaan+mixing+dan+mastering+peter+de+vries+guitar.jpg" title="Perbedaan mixing dan mastering peter de vries guitar" width="640" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Kegiatan perekaman suara saat ini menjadi sangat familier di kalangan "musisi kamar". Hal ini terjadi karena begitu banyak perusahaan industri hardware audio yang berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah perangkat perekaman audio agar harganya dapat dijangkau musisi kelas menengah kebawah. Oleh sebab itu selain menulis artikel tentang teori musik, pengetahuan musik, dan teknik bermain gitar, saya juga membagi artikel tentang perekaman audio untuk pemula, yang pastinya saya ambil dari sumber yang terpercaya dan juga mengandung asumsi saya pribadi melalui proses berpikir dan perenungan.<span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Mendangar sebuah frase mixing-mastering sepertinya sudah tidak asing bagi sebagian musisi. Bahkan frase ini sering digunakan rekan-rekan musisi dan penata suara untuk mewakili kata "editing" pasca-perekaman audio. Sebagai praktisi musik yang juga mengerjakan proyek musik, saya sering memilih frase mixing-mastering untuk mempertegas dan mengerucutkan pandangan ke lawan bicara saya bahwa obyek yang akan saya edit adalah audio. Lalu, apa itu mixing, dan apa itu mastering? Berikut adalah pembahasannya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>Mixing</b></span></p><p style="text-align: justify;">Menurut Izotope, sebuah perusahaan perangkat lunak yang mengembangkan kecerdasan teknologi audio, mixing adalah sebuah titik yang menandai sebuah proses awal pasca-produksi sebuah proyek musik dimana seorang audio engineer mengolah dan menyeimbangkan track audio secara terpisah agar terdengar baik saat dimainkan bersamaan. Alat yang digunakan seperti equalizer, kompresor, panning pot, reverb, dan efek lainnya. Izotope juga mempertegas bahwa seorang audio engineer mereduksi tabrakan (level, frekuensi, atau parameter lainnya) antar instrumen bahkan mempertegas elemen penting dalam sebuah proyek musik.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Max McAllister dari Produce Like A Pro menyebutkan bahwa proses mixing melibatkan penggabungan beberapa audio track/layer secara bersamaan agar menyatu dengan baik. Menurutnya terdapat 5 aspek teknis dan proses kreatif dasar dari proses mixing yaitu pengaturan level, pengaturan panning, dynamic processing, penggunaan EQ, serta penggunaan time-based effect (reverb dan delay).</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-large;"><b>Mastering</b></span></p><p style="text-align: justify;">Izotope mendefinisikan mastering sebagai proses untuk meningkatkan dan mengkoreksi secara general sebuah proyek musik dengan sumber file audio yang telah dilakukan stereo-mixdown, yang bertujuan agar audio tersebut dapat didengar maksimal pada seluruh sistem dan format sebelum didistribusikan secara publik. Para pakar mastering juga yang mencari titik terbaik untuk mencapai <b>keseimbangan rasa</b> (sense of balance). Definisi keseimbangan rasa mungkin akan sedikit bias, namun saya mengartikannya sebagai sebuah kecerdasan musikal dari seorang audio engineer spesialis mastering untuk memoles file audio (berupa karya musik) agar mayoritas pendengarnya mampu menikmati karya musik tersebut.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Sebuah analogi dari Max McAllister memperjelas definisi mastering. Max menggambarkan bahwa mastering itu seperti Photoshop untuk audio. "Anda dapat membeli kamera yang bagus, mempelajari seni fotografi, mengambil foto yang indah, dan terkadang masih ada yang kurang tepat. Pencahayaan mungkin mati, bahkan terdapat noda pada lensa dapat merusak bidikan anda. Seorang pengguna Photoshop yang terampil dapat memperbaiki semuanya dan memastikan foto tersebut memiliki kualitas terbaik". Setelah membaca analogi ini saya juga menyimpulkan bahwa foto yang telah dibenahi oleh ahli Photoshop pastinya akan sangat layak dipublikasikan di media yang berbeda, seperti posting di sosial media, cetak di canvas atau kertas foto, bahkan dicetak pada media berukuran baliho sekalipun.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Jika kalian memiliki pandangan lain tentang mixing dan mastering silahkan beri komentar. Asumsi yang bersifat personal akan lebih baik jika didukung oleh beberapa referensi yang jelas, melihat ranah musik memiliki perspektif yang luas dan kompleks.</span></p><h3 style="text-align: center;"><div style="font-size: medium; font-weight: 400; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-size: medium; font-weight: 400;"><a href="https://fisella.com/kursus-fl-studio" target="_blank"><img border="0" data-original-height="182" data-original-width="600" height="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvQTRSy1hRsmzoJ75dF4gm02hKPG6K8K6JbzElihWxMOpS517vohftEIixlHNOegg2UyInhBGhx9Ie8T21Ph3UCDGHzCR7Abk1GFpflzlIPpT_GO3QKymJMzOa3G0q-IhvaqRxcQ9CsOA/w640-h194/les+fl+studio+kursus+fl+studio.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: small; font-weight: normal; text-align: left;">Picture source : pluggintorent.com</span></p></h3>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-75447422548477170642020-11-09T13:10:00.005+07:002020-11-09T13:42:24.907+07:00Musik Heavy Metal : Filosofi, Sejarah, dan Klasifikasi Sub-Genre<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirWEn7XvL2zLcwZJgdwLde9gvoFbKOphQdOf4gw17wClFXYydYdMYb6RK_ecHptpqWHTzAp8T2IY2JzLD_Vbh_5uFmRe41VxUWbIpdxIQHOkl1BzNbiq59nYndDyPGAlK5H_6YgtbfKqT6/s509/musik+heavy+metal+sejarah+filosofi+dan+klasifikasi+peter+de+vries+guitar+fisella+music-min.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Musik Heavy Metal : Filosofi, Sejarah, dan Klasifikasi Sub Genre" border="0" data-original-height="300" data-original-width="509" height="378" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirWEn7XvL2zLcwZJgdwLde9gvoFbKOphQdOf4gw17wClFXYydYdMYb6RK_ecHptpqWHTzAp8T2IY2JzLD_Vbh_5uFmRe41VxUWbIpdxIQHOkl1BzNbiq59nYndDyPGAlK5H_6YgtbfKqT6/w640-h378/musik+heavy+metal+sejarah+filosofi+dan+klasifikasi+peter+de+vries+guitar+fisella+music-min.jpg" title="Musik Heavy Metal : Filosofi, Sejarah, dan Klasifikasi Sub Genre" width="640" /></a></div><br /><p></p><p style="text-align: justify;">Pakaian serba hitam, distorsi gitar yang tajam, jeritan vokalis, dan lirik yang kurang lazim menjadi sebuah gambaran umum jika kita diminta untuk mendeskripsikan musik heavy metal dengan kata-kata. Mungkin dengan tampilan seperti ini, sebagian orang akan mengkaitkan musik heavy metal dengan hal-hal yang bersifat satanis, Perspektif ini telah saya bahas pada artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/03/musik-dan-satanisme.html">Musik dan Satanisme</a> sebagai bentuk pencarian fakta dan pembuktian. Sama halnya dengan aliran atau genre musik lainnya, heavy metal memiliki penikmat dan pendengar yang tak sedikit hal ini membuat perkembangan musik heavy metal menjadi sangat pesat. Sebagai sebuah genre musik, kita tidak boleh langsung memberikan stigma negatif pada heavy metal, karena setiap orang memiliki hak untuk menentukan preferensi genre musiknya sendiri. Untuk memperluas perspektif musik kita, pada artikel ini saya akan membahas tentang musik heavy metal yang melingkupi pembahasan tentang sejarah, filosofi, dan klasifikasi sub-genre musik heavy metal.</p><span><a name='more'></a></span><p><br /></p><h2 style="text-align: left;">Filosofi Musik Heavy Metal</h2><p style="text-align: justify;">Lahirnya musik heavy metal menurut Glenn Tipton dari band Judas Priest terinspirasi dari area industri di Inggris, khususnya di wilayah tengah dan utara Inggris terdapat banyak pabrik yang memproduksi logam, terutama baja. Band metal paling awal mereferensikan suara bising dari pekerja pabrik baja sebagai pengaruh langsung dalam lahirnya musik heavy metal. Heavy Metal bisa dikategorikan sebagai sub-genre hard-rock, yang kemudian berkembang karena adanya upaya ekspansif dalam musik hard-rock. Heavy metal selalu memberikan kesan ekstrim, baik dari segi gaya bermusik, sikap, penampilan, dan gaya hidup pemain musik dan penggemarnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: left;">Sejarah Musik Heavy Metal, dan Heavy Metal Mula-Mula</h2><p style="text-align: justify;">Jika diklasifikasikan dalam era perkembangan musik, heavy metal masuk dalam era modern atau postmodern music karena diperkirakan lahir pada akhir 1960an hingga awal 1970an. Klasifikasi modern atau postmodern music menjadi cukup bias karena terdapat sebuah perkembangan musik yang sangat kompleks sejak 1900an, sehingga terkadang musik heavy metal diklasifikasikan sebagai musik abad 20. Dipercaya bahwa tiga band legendaris, Black Sabbath, Led Zeppelin dan Deep Purple menjadi cikal bakal band metal pertama yang mempengaruhi perkembangan musik heavy metal selanjutnya. Walaupun ketiganya memiliki ciri khas pada setiap karyanya, namun jika diperhatikan dengan seksama, ketiganya menggambarkan ciri yang sama dalam penggunaan distorsi yang cukup tebal pada gitar, pukulan drum yang tebal dan kuat, serta penggunaan power chord (akor yang tersusun hanya dengankombinasi tonika dominan) yang diperkaya dengan ritme-ritme gitar yang cepat.</p><div><div style="text-align: justify;">Black Sabbath dipercaya sebagai band heavy metal pertama yang membuat genre ini besar. Bahkan band ini tidak diragukan untuk disebut sebagai band metal paling berpengaruh dalam sejarah. Tercatat bahwa setelah merilis rekaman pertama mereka pada tahun 1970, Black Sabbath meraih kesuksesan instan melalui urutan ke-8 di chart album Inggris dan beberapa bulan kemudian mencapai nomor 23 di chart album Billboard Top 200 di AS. Kemunginan Black Sabbath menjadi tenar karena adanya kritikus musik yang mengecam esensi album mereka. tanpa mempedulikan sindiran kritikus musik, mereka melanjutkan album kedua. Kesuksesan dari merekalah yang dipercaya menjadi pengaruh pada band-band setelahnya.</div></div><div><br /></div><div><br /></div><h2 style="text-align: left;">Sub-Genre Musik Heavy Metal</h2><p style="text-align: justify;">Melihat begitu banyaknya penggemar musik heavy metal di dunia, saya mencoba menjelajah di dunia maya untuk mengetahui sub-genre yang telah berkembang sejak heavy metal lahir pada awal 1970an. Saya menemukan fakta bahwa perluasan sub-genre musik heavy metal tidak memerlukan waktu yang lama, hal ini terbukti dari banyaknya sub-genre musik heavy metal dalam lima dekade terakhir. Pada artikel ini saya hanya akan membahas secara singkat sub-genre dari musik heavy metal, dan pada artikel selanjutnya setiap sub genre akan saya bedah lebih detail. Berikut adalah daftar sub-genre musik heavy metal menurut beberapa sumber artikel majalah musik online :</p><p style="text-align: justify;">Alternative metal, Avant-garde metal, Bay Area thrash metal, Biker metal, Black metal, Blackened death metal, Blackgaze, Celtic metal, Christian metal, Crossover thrash, Death 'n' roll, Death metal, Deathcore, Deathgrind, Digital hardcore, Djent, Doom metal, Drone metal, Electronicore, Extreme metal, Folk metal, Funk metal, Glam metal, Goregrind, Gothic metal, Grindcore, Groove metal, Grunge, Heavy hardcore, Indigenous metal music, Industrial metal, Kawaii metal, Latin metal, Medieval metal, Melodic death metal, Melodic metalcore, Metalcore, Nagoya kei, Neoclassical metal, Neue Deutsche Härte, New wave of traditional heavy metal, Nintendocore, Nu metal, Pagan metal, Pirate metal, Pop black metal, Pornogrind, Post-metal, Power metal, Progressive metal, Progressive metalcore, Rap metal, Sludge metal, Speed metal, Stoner rock, Symphonic black metal, Symphonic metal, Thrash metal, Unblack metal, Viking metal, Visual kei, , </p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0Yogyakarta, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta, Indonesia-7.7955798 110.3694896-36.105813636178844 75.2132396 20.514654036178847 145.5257396tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-1566522269180760692020-11-07T11:20:00.005+07:002020-11-08T14:12:24.949+07:00Spesifikasi Komputer untuk Home Recording<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgllgwy1bvK18IORGkXQ8qiEF41pTuvnZe7Yu1QIqXyyzzYmYSDKYdcazRNg6tPkSDYPAqng6jIv1Z8K6tNgepDFVLJ_AlqG3cwH5EtG10hmbYMf6sHMlIlCKPBCy2bzQH0p-BvcM3VIkJy/s427/spesifikasi+komputer+untuk+home+recording+peterdevriesguitar-min.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Spesifikasi Komputer untuk Home Recording" border="0" data-original-height="221" data-original-width="427" height="332" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgllgwy1bvK18IORGkXQ8qiEF41pTuvnZe7Yu1QIqXyyzzYmYSDKYdcazRNg6tPkSDYPAqng6jIv1Z8K6tNgepDFVLJ_AlqG3cwH5EtG10hmbYMf6sHMlIlCKPBCy2bzQH0p-BvcM3VIkJy/w640-h332/spesifikasi+komputer+untuk+home+recording+peterdevriesguitar-min.jpg" title="Spesifikasi Komputer untuk Home Recording" width="640" /></a></div><br /><p></p><div style="text-align: justify;">Perekaman audio telah berkembang dengan pesat. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana Gramophone dan tape record perlahan ditinggalkan dan disubtitusikan oleh perangkat komputer yang semakin lama semakin kompleks kegunaannya. Komputer tentunya tersusun atas komponen-komponen perangkat keras vital yang berpadu dengan perangkat lunak (sistem operasi, middleware, aplikasi) untuk mengolah data yang berfungsi bagi kehidupan manusia. Dalam mengolah data tentunya komponen komputer harus memiliki syarat minimal tertentu, misal dalam proses pengeditan video kita membutuhkan graphic card dimana ini tidak begitu penting jika konteks pekerjaannya hanya untuk proses pengolahan data tulisan seperti proses mengetik laporan, tugas kuliah, atau surat menyurat.<span><a name='more'></a></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelumnya pembahasan mengenai home recording telah saya kupas pada artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/07/membangun-home-recording-dengan-biaya-minimal.html">Membangun Home Recording dengan Biaya Minimal</a>, <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2019/11/memilih-soundcard-home-recording.html">Tips Memilih Soundcard untuk Home Recording</a>, dan <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/11/memilih-microphone-untuk-home-recording.html">Memilih Microphone untuk Home Recording</a>. Dalam melakukan perekaman audio, komputer juga pastinya dituntut memiliki minimum standar yang harus dipenuhi. Pertanyaan demikian sering sekali dilontarkan kepada saya dan rekan-rekan audio engineer atau music producer. Pada artikel ini saya akan menjelaskan spesifikasi komputer untuk keperluan home recording.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: left;">Minimum System Requirements</h2><div style="text-align: justify;">Pertama kali yang harus kalian perhatikan adalah minimum system requirements untuk menginstall DAW (Digital Audio Workstation). Minimum system requirements adalah syarat minimum agar sebuah software dapat dijalankan oleh komputer. Hal ini adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengguna DAW, jika tidak biasanya pada saat proses penginstallan akan muncul notifikasi bahwa spesifikasi komputer anda tidak memenuhi standar minimum yang telah ditentukan. Pastikan kembali DAW apa yang akan kalian gunakan dan sesuaikan dengan minimum system requirements komputer kalian. Jangan pernah memaksakan diri untuk menginstall DAW yang digunakan rekan kita dimana kesenjangan spesifikasi komputer jelas terlihat antara komputer rekanmu dan komputermu. Ingat bahwa minimum system requirements adalah syarat minimum, saran saya sebisa mungkin spesifikasi komputer kalian lebih baik dari minimum system requirements, tentunya untuk menjalankan proses tambahan lain yang dibutuhkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><br /></div><h2 style="text-align: left;">Spesifikasi Tambahan</h2><div style="text-align: justify;">Setelah memenuhi standar minimum yang harus diperhatikan lagi adalah spesifikasi tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan kita. Saya menekankan kebutuhan secara personal karena kebutuhan setiap audio engineer, komposer, music producer, pastinya berbeda dan unik. Spesifikasi tambahan tidak hanya dilihat dari perbedaan kebutuhan setiap profesi, namun juga bisa dilihat dari jenis klien, frekuensi klien, dan hal spesifik lainnya. Spesifikasi tambahan dapa seperti tambahan kapasitas hardisk baik eksternal maupun internal, penggunaan SSD untuk pemrosesan yang lebih efisien, penambahan kapasitas RAM untuk mengolah plugins yang berbasis sample, dan juga pemilihan prosesor untuk mengolah plugins berbasis algoritma (seperti oscilator) yang berjalan bersamaan (multitasking). Dari perbedaan profesi dan klien dapat dilihat begitu banyak pertimbangan untuk memilih spesifikasi tambahan ini. Saran saja kita harus berpikir bijak dan mampu mengatur ekspektasi kita terhadap spesifikasi komputer yang tinggi. Sebisa mungkin usahakan spesifikasi komputer sesuai dengan prioritas kebutuhan kita. Dalam membedah spesifikasi tambahan tentunya diperlukan pembahasan mendalam dan juga personal sehingga teman-teman bisa mendiskusikannya pada kolom komentar.</div>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0Yogyakarta, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta, Indonesia-7.7955798 110.3694896-36.105813636178844 75.2132396 20.514654036178847 145.5257396tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-36961149075701396382020-11-03T17:13:00.002+07:002020-11-09T13:11:36.538+07:00Cara Meluruskan Neck Gitar Bengkok<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5NDrrZ0MZ471SyOnFKXYAUeMivVo4uUtYf_eiC3gqYm1XElulyuKI0H6uDT3a02YphdZhrEf9KTn3r4jSNa0mYeYTv2xmJKH9X-NqCIcHLRZCBsycvYW_X7iGqkVtZEJNuDT8QLIa6CgC/s700/cara+meluruskan+neck+gitar+bengkok.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="cara meluruskan neck gitar bengkok" border="0" data-original-height="306" data-original-width="700" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5NDrrZ0MZ471SyOnFKXYAUeMivVo4uUtYf_eiC3gqYm1XElulyuKI0H6uDT3a02YphdZhrEf9KTn3r4jSNa0mYeYTv2xmJKH9X-NqCIcHLRZCBsycvYW_X7iGqkVtZEJNuDT8QLIa6CgC/w640-h280/cara+meluruskan+neck+gitar+bengkok.jpg" title="cara meluruskan neck gitar bengkok" width="640" /></a></div><br /><p></p><p></p><div style="text-align: justify;">Bicara soal perawatan gitar pastinya membutuhkan perbincangan yang panjang dan detail karena setiap gitaris memiliki cara yang unik untuk memperlakukan gitarnya. Ditambah lagi alasan "low budget" menghasilkan kreatifitas pada orang Indonesia untuk merawat gitarnya dengan bahan dan alat yang serba seadanya. Perawatan gitar bisa dibilang sangat penting karena dengan perawatan yang baik akan memperpanjang usia gitar itu sendiri. Pada artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/01/senar-gitar-merupakan-salah-satu.html">Senar gitar Cepat Berkarat? Berikut 6 Tips Merawatnya</a> saya telah menjabarkan secara detail salah satu bentuk perawatan pada gitar, khususnya senar. Pada artikel ini saya akan memberikan tips untuk mengatasi permasalahan neck yang bengkok dan juga cara untuk meluruskan neck bengkok.</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p><br /></p><h2 style="text-align: left;"><b>Mengatur Truss Rod</b></h2><p style="text-align: justify;">Truss Rod adalah sebuah besi panjang yang disematkan dalam neck gitar. Tujuannya adalah untuk mengatur kelengkungan neck gitar. Pada umumnya baik gitar akustik dan gitar elektrik pastinya memiliki truss rod di dalam necknya. Berbeda dengan gitar klasik yang tidak memiliki truss rod. Jika gitar kalian memiliki truss rod, cobalah atur kelengkungan gitar dengan menggunakan kunci L. Untuk penjelasan detailnya silahkan baca artikel <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2019/02/belajar-mengatur-truss-rod-mengatur-neck-gitar-melengkung.html">Mengatur Truss Rod untuk Mengatasi Neck Gitar yang Melengkung</a>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: left;"><b>Press Neck Gitar</b></h2><p style="text-align: justify;">Cara kedua ini digunakan ketika cara pertama tidak berhasil atau gitar anda tidak memiliki truss rod (contohnya gitar klasik). Jika memang gitar kalian membutuhkan cara ini, pastikan pengerjaannya dilakukan oleh luthier atau bengkel gitar yang berkompeten untuk menghindari patah neck atau permasalahan lainnya.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: left;"><b>Ganti Neck Gitar</b></h2><p style="text-align: justify;">Apa boleh buat jika cara pertama dan kedua tidak mempan untuk mengatasi permasalahan kalian. Memang ini bukanlah cara untuk meluruskan neck bengkok, tetapi anjuran jika memang tetap ingin mempertahankan gitar kalian tanpa harus mengganti body gitar. Namun cara ketiga ini hanya berlaku pada gitar elektrik yang meerapkan konstruksi Bolt On, baca Jenis <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/01/konstruksi-gitar.html">Konstruksi Gitar Berdasarkan Cara Penyambungan Neck dan Body</a>. Untuk mengganti neck saya juga menyarankan untuk mengkonsultasikannya terlebih dahulu pada luthier atau bengkel gitar, karena setiap gitar memiliki panjang neck, ukuran, bentuk neck yang berbeda-beda.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h2 style="text-align: left;"><b>Lempar! Beli Baru</b></h2><p style="text-align: justify;">Hampir permasalahan neck gitar yang melengkung saya temui pada gitar yang tidak standar seperti gitar replika (baca <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/03/gitar-custom.html">Gitar Replika Kok Dibilang Custom</a>), gitar non-pabrikan, dan gitar yang dibuat bukan dari luthier berpengalaman. Gitar seperti ini biasanya tidak memiliki standar khusus sehingga neck mudah sekali melengkung dan sulit untuk dibenahi. Jika kondisinya demikian saya selalu menyarankan mengganti gitar dengan yang standar, baca <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/03/tips-membeli-gitar-bekas.html">Tips Membeli Gitar Bekas (Gitar Elektrik)</a> - <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/02/gitar-string-steel-vs-gitar-nylon-mana.html">Beli Gitar Nylon atau String Steel</a>.</p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-50885607284660537552020-10-26T16:01:00.006+07:002020-11-08T13:19:20.196+07:00Pengertian ADSR (Attack Decay Sustain Release)<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheSXloUOGL1r5BFkg-_30lbuHPTfsRDek9d5QxcCwLTDGtH9kZpQnJTs5wmxzlqLXZp8R8HUAS45t6LFlH_egLjjyb0YzU2n-He-tvImfWdotUwlaOPxptunPolpZpd5UPUw08yEMZaBWc/s650/apa+itu+ADSR+peterdevriesguitar+fisellamusic-min.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="apa itu ADSR peterdevriesguitar fisellamusic" border="0" data-original-height="338" data-original-width="650" height="332" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheSXloUOGL1r5BFkg-_30lbuHPTfsRDek9d5QxcCwLTDGtH9kZpQnJTs5wmxzlqLXZp8R8HUAS45t6LFlH_egLjjyb0YzU2n-He-tvImfWdotUwlaOPxptunPolpZpd5UPUw08yEMZaBWc/w640-h332/apa+itu+ADSR+peterdevriesguitar+fisellamusic-min.jpg" title="apa itu ADSR peterdevriesguitar fisellamusic" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><p></p><p></p><div style="text-align: justify;">Music Producer pemula atau profesional pasti tidak asing dengan istilah <b>Attack, Decay, Sustain, Release</b> atau sering disebut <b>ADSR</b>. Ketika menjadi seorang pemula di bidang penataan suara yang saya lakukan untuk memahami ADSR adalah dengan mengubah knob ADSR dan merasakan perubahan apa yang terjadi, kemudian menyimpulkan fungsinya. Saya yakin hampir semua pemula melakukan hal yang demikian. Pada artikel ini saya mencoba menjelaskan dengan mudah pengertian dari ADSR.</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p style="text-align: justify;"><b><br /></b></p><p style="text-align: justify;"><b>ADSR Envelope</b> menjelaskan sebuah informasi audiotory, bagaimana suara berubah seiring waktu. Mudahnya dalam praktek musik, ADSR dapat dirasakan ketika kita memencet tuts piano dan merasakan berapa lama (waktu) produksi nada dihasilkan, dan berapa lama nada tersebut selesai sehingga hilang dari pendengaran kita. Dari konsep ini maka perubahan suara seiring dengan waktu tersebut dibagi atas empat poin yaitu Attack, Decay, Sustain, dan Release. Berikut adalah penjelasan singkat keempat poin tersebut.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9DOgh81uzGaVgaMXbG0sRMATV3s2ax5x6Bodmq-6sY2WbQBT0i1P1C-ALi-uvwlAYxnWIOJGpHV2ymz1Io7y0FMMt441s717Qu5FbHyO6EuQ8XlnM6nyNhh2rUgh0PxTMwr9w5VLmIUeO/s700/apa+itu+ADSR+peterdevriesguitar+fisellamusic1.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="apa itu ADSR Attack, Decay, Sustain, Release" border="0" data-original-height="331" data-original-width="700" height="302" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9DOgh81uzGaVgaMXbG0sRMATV3s2ax5x6Bodmq-6sY2WbQBT0i1P1C-ALi-uvwlAYxnWIOJGpHV2ymz1Io7y0FMMt441s717Qu5FbHyO6EuQ8XlnM6nyNhh2rUgh0PxTMwr9w5VLmIUeO/w640-h302/apa+itu+ADSR+peterdevriesguitar+fisellamusic1.jpeg" title="apa itu ADSR Attack, Decay, Sustain, Release" width="640" /></a></div><br /><p><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Attack </b>adalah seberapa cepat sebuah bunyi mencapai puncak volume. Perhatikan gambar diatas, sumbu x adalah waktu, sumbu y adalah volume. Diperlukan waktu (biasanya dalam mili detik) untuk mencapai puncak dari volume.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Decay </b>adalah seberapa cepat bunyi yang telah mencapai batas maksimal pada attack jatuh (turun volumenya) menuju level sustain.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><b>Sustain </b>adalah seberapa lama sebuah bunyi dengan volume konstan dipertahankan setelah decay selesai.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p><b>Release </b>adalah seberapa cepat sebuah bunyi habis (fade out) untuk menjelaskan bahwa bunyi tersebut sudah habis.</p><p><br /></p><p style="text-align: justify;">Sebagai penjelas saya akan memberi gambaran ADSR pada sebuah waveform (single note). Perhatikan gambar di bawah :</p><p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWMGfi_PCech-8cziPt9t0d7yxyRs3OY5Z4DC0BattPP-6auToTzBDTc8L95cINzhQCnF1YWxSJslJs6D7hXM5PgNsEUT3gmvTiLPBFdavGv1JM1cR8Zf9_E1AIYVZub5P68aTtZRX5vow/s602/apa+itu+ADSR+peterdevriesguitar+fisellamusic2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="apa itu ADSR peterdevriesguitar" border="0" data-original-height="257" data-original-width="602" height="274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWMGfi_PCech-8cziPt9t0d7yxyRs3OY5Z4DC0BattPP-6auToTzBDTc8L95cINzhQCnF1YWxSJslJs6D7hXM5PgNsEUT3gmvTiLPBFdavGv1JM1cR8Zf9_E1AIYVZub5P68aTtZRX5vow/w640-h274/apa+itu+ADSR+peterdevriesguitar+fisellamusic2.jpg" title="apa itu ADSR peterdevriesguitar" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">Waveform di atas menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu (misal 200ms) untuk mencapai 0dB, inilah yang disebut dengan <b>Attack</b>. Dari titik puncak Attack (0dB) menuju Sustain (-6dB) juga dibutuhkan waktu (misal 250ms), inilah yang disebut dengan <b>Decay. </b>Titik terendah dari Decay dipertahankan dalam beberapa saat (misal 500ms), inilah yang disebut dengan <b>Sustain. </b>Waktu dimana sustain berakhir hingga bunyi tersebut habis dan hilang dari pendengaran (misal 500ms) disebut dengan <b>Release</b>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i>Catatan : ms = milisecond</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><h3 style="text-align: center;">Pengen Belajar Music Production?</h3><h3 style="text-align: center;"><a href="https://course.fisella.com/2020/10/fl-studio-course_23.html" target="_blank">FL Studio Course</a></h3><div><br /></div><div style="text-align: center;"><a href="https://course.fisella.com/2020/10/fl-studio-course_23.html"><img border="0" data-original-height="182" data-original-width="600" height="194" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvQTRSy1hRsmzoJ75dF4gm02hKPG6K8K6JbzElihWxMOpS517vohftEIixlHNOegg2UyInhBGhx9Ie8T21Ph3UCDGHzCR7Abk1GFpflzlIPpT_GO3QKymJMzOa3G0q-IhvaqRxcQ9CsOA/w640-h194/les+fl+studio+kursus+fl+studio.jpg" width="640" /></a></div></div><p></p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-83684070292201214942020-10-17T18:58:00.004+07:002021-10-20T22:55:12.350+07:00Pembagian Kaum Musisi di Era Yunani Kuno<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuco2QRp1g43AixYzoRp676L513cGKzQiTvSymtV2S0ND6uidi4Sc_6MWbtxZOAiTwAj1TwAPjIM-uDrtLzCfSbMzKiw6ypErS8bdqjQSxGzCMXQYPGEk-7sGBLvTjXJZIJNLXzc5s73vV/s498/Pembagian+Kaum+Musisi+di+Era+Yunani+Kuno+peterdevriesguitarcom.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pembagian Kaum Musisi di Era Yunani Kuno" border="0" data-original-height="294" data-original-width="498" height="378" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuco2QRp1g43AixYzoRp676L513cGKzQiTvSymtV2S0ND6uidi4Sc_6MWbtxZOAiTwAj1TwAPjIM-uDrtLzCfSbMzKiw6ypErS8bdqjQSxGzCMXQYPGEk-7sGBLvTjXJZIJNLXzc5s73vV/w640-h378/Pembagian+Kaum+Musisi+di+Era+Yunani+Kuno+peterdevriesguitarcom.jpg" title="Pembagian Kaum Musisi di Era Yunani Kuno" width="640" /></a></div><br /><p></p><h2 style="text-align: left;">Era Yunani Kuno Sebagai Permulaan Musik Barat</h2><p></p><div style="text-align: justify;">Pernahkah kalian berpikir kapan musik yang saat ini kita dengar ditemukan oleh manusia? Jika kalian pernah bertanya demikian maka jawaban mengerucut pada sebuah era yang disebut Era Yunani Kuno. Tentu jika kita berbicara musik Era Yunani Kuno maka yang dimaksud adalah Musik Barat beserta perkembangannya. Lalu benarkah mula-mula musik ditemukan pada era ini? Dalam buku Sejarah Musik 1 karya Dr. Rhoderick J. Mcneill tertulis bahwa banyak musikolog yang ragu karena hanya ditemukan 12 naskah musik asli, itupun ditulis beberapa abad setelah kejayaan Yunani Kuno, namun jika dilihat lebih jauh ke arah pengaruh pada era selanjutnya (Abad Pertengahan dan Renaisans), maka Kebudayaan Yunani Kuno memberikan peran penting dalam perkembangan pada dua era tersebut.</div><span><a name='more'></a></span><p></p><p><br /></p><h2 style="text-align: left;">Aristoteles (384-322 SM) Sebagai Salah Satu Pemikir Musik di Era Yunani Kuno</h2><p style="text-align: justify;">Dalam artikel ini saya tidak perlu panjang lebar menceritakan biografi Aristoteles. Informasi yang perlu diketahui adalah Aristoteles merupakan salah satu Filsuf Yunani Kuno yang juga membahas musik dalam teori-teorinya. Bersama Filsuf lain seperti Phytagoras, Socrates, serta Plato, Aristoteles melahirkan pemikiran-pemikiran di bidang musik yang menjadi kiblat pada era <span style="text-align: justify;">Abad Pertengahan dan Renaisans. Aristoteles juga merupakan seorang Filsuf yang melahirkan pemikir hebat bidang musik lainnya, salah satunya Aristoxenos (354-300 SM).</span></p><p><span style="text-align: justify;"><br /></span></p><h2 style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;">Pembagian Kaum Musisi menurut Aristoxenos, Murid Aristoteles</span></h2><p style="text-align: justify;">Sebagai manusia berpikir, saya pernah menggolongkan orang yang berkarya di bidang musik menurut pendekatan empiris saya. Namun pemikiran demikian ternyata sudah ada sejak 2300 tahun lalu. Aristoxenos membagi kaum musisi pada Era Yunani Kuno ke dalam dua golongan, antara lain :</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><b>Organokoi</b> : golongan praktisi musik seperti komposer, pemain musik.</li><li style="text-align: justify;"><b>Harmonikoi </b>: golongan para sarjana musik yang dekat dengan ilmu pengetahuan musik. Pada kategori ini terbagi atas dua golongan lagi yaitu <b>Kanonikoi</b> yaitu kelompok yang memandang musik merupakan ilmu pasti dan <b>Musikoi</b> yaitu kelompok yang memandang musik berdasar pada perasaan, indera pendengar, dan pengalaman manusia.</li></ul><p></p>Peter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0Yogyakarta, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta, Indonesia-7.7955798 110.3694896-36.105813636178844 75.2132396 20.514654036178847 145.5257396tag:blogger.com,1999:blog-1366906209350588865.post-61760758899107562332020-08-01T10:43:00.001+07:002020-08-01T10:43:04.318+07:00Tips Memilih Ukuran Senar Gitar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1MI0FaqV6UleigpYT_Ccoq4GFa7SfroGw4RXg-oYLkVsnfHIvqa938zkKUQmL3SDvRc6ZO2K0dRu-YX3ipqKURM9cGchrUZ8Owp9eCDs_7NJz7fF3K-tfkJVx5cHYhH1balvc22V1favc/s500/ukuran+senar+gitar+peterdevriesguitar.com.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="memilih ukuran senar gitar peterdevriesguitar.com" border="0" data-original-height="263" data-original-width="500" height="337" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1MI0FaqV6UleigpYT_Ccoq4GFa7SfroGw4RXg-oYLkVsnfHIvqa938zkKUQmL3SDvRc6ZO2K0dRu-YX3ipqKURM9cGchrUZ8Owp9eCDs_7NJz7fF3K-tfkJVx5cHYhH1balvc22V1favc/w640-h337/ukuran+senar+gitar+peterdevriesguitar.com.jpg" title="memilih ukuran senar gitar peterdevriesguitar.com" width="640" /></a></div><div><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Seperti pada artikel sebelumnya saya selalu mengatakan bahwa senar merupakan salah satu jantung bagi gitaris. Pembahasan yang terlihat sepele mengenai senar gitar tidak akan habis dibahas dalam semalam. Beberapa artikel yang pernah saya bahas antara lain <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/01/senar-gitar-merupakan-salah-satu.html">Tips Merawat Senar Gitar</a>, <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2018/10/cek-keaslian-senar-daddario.html">Cara Mengecek Keaslian Senar D'Addario</a>, <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/02/senar-daddario-asli-atau-kw.html">Membandingkan Senar D'Addario Asli dan KW</a>, <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/02/kesalahan-mengganti-senar-gitar.html">Kebiasaan Gitaris Pemula yang Salah dalam Mengganti Senar Gitar</a>, dan <a href="https://www.peterdevriesguitar.com/2020/03/merk-senar-gitar-recommended.html">Merk Senar gitar Recommended</a>. Pada artikel ini saya akan membahas memilih ukuran senar gitar, hal ini juga menjadi permasalahan para gitaris pemula dan menengah, terutama saat membeli senar gitar di toko musik.</div><span><a name='more'></a></span></div><div><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk memilih senar gitar, tentunya ada parameter sesuai dengan karakter masing-masing gitaris. Setiap gitaris memiliki preferensi musik dan pengaruh musik yang berbeda. Oleh karena itu saya akan membahasnya berdasarkan beberapa parameter yang saya gunakan dalam menentukan ukuran senar gitar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada gitar elektrik dan akustik string steel, biasanya ukutan senar ditentukan dari senar pertamanya (kecuali custom size). Ukuran paling tipis ke tebal yaitu 008, 009, 010, 011, 012, dan 013. Semakin tebal senar maka tone dari senar tersebut akan semakin jelas namun akan terasa semakin berat. Bagi gitaris yang sering memainkan lagu dalam tempo cepat (gitaris shredder) mereka cenderung menggunakan ukuran senar yang tipis, bisa 008, 009, dan tak jarang menggunakan 010, sebaliknya bagi gitaris yang cenderung bermain dalam tempo sedang dan mengutamakan kejelasan tone biasanya akan memilih senar dengan ukuran lebih dari 010. Hal yang sama juga bisa diterapkan pada gitar string steel, dimana ukuran senar gitar string steel yang pernah saya jumpai paling tipis adalah 009.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain parameter diatas, jenis konstruksi gitar juga harus dipertimbangkan. Ukuran senar tebal biasanya tidak disarankan untuk gitar dengan neck tipis karena akan merusak neck itu sendiri, namun hal ini bisa diatasi dengan menurunkan semua tuning standar sebesar setengah/satu nada. Selain itu ada juga gitar yang bertipe baritone dengan neck length yang lebih panjang. Tipe gitar ini tidak disarankan menggunakan senar tipis karena akan membuat senar mudah putus.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tips terakhir adalah dengan menggunakan custom size jika kalian merasa kurang puas dengan ukuran senar standar. Misal pada senar gitar ukuran 009 pada merk D'Addario memiliki ukuran senar masing-masing 009, 011, 016, 024, 032, 042 (dari senar 1 ke 6) dan pada senar gitar ukuran 010 memiliki ukuran senar masing-masing 010, 013, 017, 023, 036, 046 dan kalian merasa cocok dengan ukuran 009 pada senar 1-3 dan ukuran 010 pada senar 4-6, kalian bisa mencari brand yang menyediakan custom size seperti Ernie Ball dan D'Addario.</div><div><br /></div>Picture source : Unsplash Duncan KiddPeter de Vrieshttp://www.blogger.com/profile/07634481727074510728noreply@blogger.com0Yogyakarta, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta, Indonesia-7.7955798 110.3694896-36.105813636178844 75.2132396 20.514654036178847 145.5257396